Pages

Mencintai adalah melepaskan

Mencintai seseorang itu adalah hak setiap manusia, namun memiliki seseorang yang kita cintai tanpa ikatan resmi itu bukanlah hak kita. Jangan pernah takut melepaskan sesuatu yang belum berhak kita miliki

Jika Allah memang menjadikan ia untuk kau miliki dia pasti akan kembali. Kita tak pernah tahu skenario apa yang telah disusun-Nya. 

Namun, bila ia tidak kembali, percayalah Allah akan mengganti dengan yang jauh lebih baik dari yang sekarang kita cintai. Jangan pernah takut kehilangan sesuatu yang jelas-jelas bukan menjadi hak kita, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu.
Mari belajar istiqomah!

PUISI: Hujan semalam

Aku terperangkap dalam ruang gelap nan kosong

Memandang luas pada tetes hujan yang jatuh dari sela-sela daun jendela

Kilatan cahaya membelah langit

Membentuk garis lurus diantara dimensi waktu yang sempit

Gemuruh air menikam hati

Membasahi kenangan lama yang mati

Malam ini aku tak hanya ingin memandang hujan yang sepi dari balik jendela tua

Biarkan aku terlelap sejenak

Tenggelam diantara suara hujan yang merintih kesakitan

Menghirup udara dari setiap jengkal tanah yang basah

Mencoba mengingat semua kenangan manis yang tercipta

Bercumbu dengan hembusan angin

Membisikkan kedamaian dalam diam

Semangat itu harus menyengat!

Halo semua, salam Blogger!

Akhirnya saya bisa menulis setelah kesibukan yang menyita waktu. Kali ini saya akan bercerita singkat tentang awal menulis ‘Sang Koki Listrik’

Langsung saja! Saya mulai menulis dari awal tahun ini hingga bulan september akhir, lalu pada bulan november itu saya melakukan editing naskah, desain sampul, urus isbn hingga penerbitan. Saya bersyukur, akhirnya novel perdana saya selesai. Betul sekali, kurang lebih sepuluh bulan novel itu ditulis, sungguh melelahkan sekaligus menyenangkan!

Pertama kali, saya hanya menulis tentang hal-hal yang ada di kepala, sungguh tidak ada niat sama sekali untuk menulis sebuah novel. Apalagi kalau lihat kondisi saya, seorang Blogger amatiran yang bekerja shift, yang liburnya tak menentu, menyelesaikan sebuah novel adalah hal yang sulit, itulah yang saya pikirkan waktu itu.

Lalu tiga bulan berikutnya, ide cerita itu menghampiri saya begitu saja dan membuat saya semangat sekali untuk menjadikannya sebuah novel. Dengan semangat yang menyengat, niat yang kuat dan aksi yang nyata, saya tuliskan ide, alur cerita, plot, setting dan sebagainya. Ketekunan menulis serta komitmen untuk menyelesaikan cerita itu serta dukungan banyak dari orang-orang yang peduli; seperti keluarga, sahabat dan rekan kerja. Akhirnya saat ini, saya bisa tersenyum bahagia sambil memeluk sebuah novel yang saya tulis di sela-sela kesibukan bekerja. :)

Sebagian kita mungkin sering mengalami masa-masa stuck/jalan buntu/kehilangan ide menulis dan sebagainya, bukan? Saya juga mengalami hal yang sama. Tapi saya punya tips yang sering saya gunakan ketika mengalami kebuntuan seperti itu. Hasilnya manjur!

Setiap kali kehilangan ide saat menulis maka saya memutuskan untuk menutup file draft novel rapat-rapat, berjanji akan melanjutkan tulisan saya besok hari lalu pergi tidur. Dan besok-besoknya saya menyibukkan diri untuk melakukan olahraga, main futsal bersama teman, berenang, bersepeda dan bermain gitar. Setelah kesibukan berolah-raga itu saya selesaikan, maka dengan hati bahagia serta perasaan senang, saya kembali membuka file draft novel saya pelan-pelan lantas melanjutkan tulisan yang tertunda. :) Coba deh ikuti saran saya, nanti rasakan feel-nya! ;)

Memang, menyelesaikan sebuah tulisan itu tidaklah semudah membacanya. Namun, melanjutkan tulisan sedikit demi sedikit secara rutin, kupikir dua novel-pun bisa kita selesaikan sekaligus. Memang, menulis itu membutuhkan kesetiaan dan komitmen yang tinggi! Kita harus menanamkan prinsip ini dalam hati, tak peduli sedang mood atau tidak, menulis haruslah tetap menjadi rutinitas yang menyenangkan!

Banyak orang bilang ide itu tidak bisa dicari, tapi kadang ide juga tak jarang menghampiri diri kita sendiri. Tentu saja dari tempat yang tak biasa kita datangi, hal-hal sepeleh yang biasa kita hiraukan. Kadang ide itu datang begitu saja, bisa di toilet, halte bus, saat mengikat tali sepatu, lampu jalan, melihat anak kecil bermain layang-layang, menatap awan, memandang hujan dari balik jendela, dan sebagainya. Kalian tahu? ide ‘Sang Koki Listrik’ ini muncul ketika saya harus membuka sebuah valve steam manual saat hujan deras dan ketika itu pula seragam saya basah kuyup. Namun saat itulah saya merasakan titik dimana ketangguhan Sang Koki Listrik diuji, ketika suara guntur memecah langit, angin yang bersenandung dengan uap chimney. Sebuah ide hebat lahir dari putaran valve yang baru saja kubuka. Percaya atau tidak, ide itu bertebaran dimana-mana, yang kita butuhkan adalah melihat dari sudut pandang yang tak biasa.

Nah, untuk teman-teman yang akan/sedang menulis novel boleh berbagi pengalaman dan tips menulisnya. Saya bukanlah penulis yang hebat, saya masih harus belajar dari kalian semua. Dan akan lebih menyenangkan sekali bila kita bisa mengambil hal positif dari setiap pengalaman penulis. Ayo, mari berbagi kisah. :)

*Sekarang saya sudah punya halaman baru silakan klik/like www.facebook.com/kokilistrik

Terima kasih. :)

Salam setrum,


Sang Koki Listrik

Pagi adalah awal

Layaknya mentari pagi yang bersinar penuh semangat seperti itulah masa muda. Bersinar cerah.

Langit biru nan menawan dan awan yang bergumpal seperti itulah mimpi kita, penuh warna. Masa muda adalah pagi yang indah. Disanalah mimpi-mimpi besar tercipta dari tidur panjang yang lelah. Betapa beruntungnya mereka yang masih muda. Harapan dan impian masih tercipta, aliran darah masih mengalir dengan derasnya, langkah kaki yang kuat dan tak goyah.

Mumpung masih pagi, kencangkanlah ikat pinggang, kepalkan tangan lebih keras lagi, belajar dan bekerja lebih giat lagi. Karena masa muda itu singkat sekali.

Aku (tak) ingin mencintaimu

Aku tak ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Atau seperti angin yang mengisyaratkan awan untuk menurunkan hujan. Aku juga tak ingin mencintaimu seperti kuku, yang kecil namun selalu tumbuh.

Jangan pernah berharap bahwa aku akan rindu pada pelangi sehabis hujan dipenghujung tahun ataupun senja yang merona di ufuk barat. Cintaku tak sama dengan mereka. Aku hanya ingin mencintaimu dengan cara berbeda. Seperti aliran listrik yang tak kau ketahui bentuk dan rupanya, namun bisa kau sadari  setiap denyut kehadirannya.

Ya, seperti itulah aku ingin mencintaimu seperti lampu pijar yang memelukmu dengan sinar konstan. Yang menerangi ruang hatimu ketika malam menjelang, yang kau matikan ketika terang datang.

-Sang Koki Listrik

PUISI: Lelaki Pejalan Kaki

Menapaki lorong kecil di pagi hari
Saat sang surya menerangi bumi
Tas sandang dan sepatu hitam yang telah habis sebelah
Menuju ke sekolah dengan senyum kecil di wajahnya
Seolah dunia tersenyum padanya

Saat sang surya meninggi
Panas sinarnya menjadi teman setia
Kulit yang hitam dan cucuran keringat
Menemani perjalanan kakinya
Tak ada yang dapat dibanggakannya saat itu
Selain menjadi pelajar yang bahagia
Dengan semua pelajarannya

Saat kaki telah letih
Ada keinginan seperti mereka
Mengendarai kuda besi ke sekolah
Atau semacamnya yang dapat ditunggangi
Namun semua itu hanyalah ilusi
Yang selalu mengusik mimpi

Akulah lelaki pejalan kaki
Yang hidup dengan sebuah mimpi
Untuk meraih cita dan prestasi

Akulah lelaki pejalan kaki
Yang setiap hari berjalan menapaki hari
Untuk menemukan jati diri

Akulah lelaki pejalan kaki
Yang tak pernah letih

(China, January 9, 2010)

PUISI: Langit dan Biru

Jauh sebelumku mengenalmu

Langit sudah membentangkan biru

Meski angin sesekali menderu

Dan awan yang bergerak malu-malu

Langit tetaplah biru

Aku langit, kau lautan biru

Kaulah seorang yang mewarnai hariku

Langit kita terbentang luas

Menyelimuti duniaku dan duniamu

Kita, mereka, kau dan aku

Semua berada dibawah langit yang satu, langit biru

Sejauh apapun langkah berpacu

Langit akan menaungi kita selalu

Dengan lautan biru dimataku

Langit diatas kepalaku

Dan angin yang berhembus dibelakangku

Kisah kita akan tetap terukir dibawah langit biru