Pages

Hutan menyimpan cerita

Dalam diamnya, dibalik rimbun daunnya, hutan menyimpan cerita.  Pohon-pohon yang tumbuh tak bisa bicara, namun kata terbentuk begitu saja lewat semilir angin yang berhembus di dahannya. Hutan mengajari kita untuk menjadi gagah, berdiri diatas akar yang kokoh, menopang kehidupan sesama. Dan menjadi naungan yang teduh bagi para manusia.

Ia juga mengajari kita untuk bertahan dalam segala kondisi, dibawah sengatan matahari, dibawah derasnya hujan, bahkan ketika kemarau melanda. Hutan memberikan hikmah untuk tidak serakah, ketika berkurangnya persediaan air dalam tanah, maka ia akan menggugurkan daunnya. Ia mengajari kita untuk melepaskan. Sebab, ia tahu mempertahankan daun di musim kemarau hanya akan membawa kematian. Lalu ketika musim berganti, daun-daun baru pun bersemi lagi.

Alangkah indahnya bila kita semua belajar dari hutan, mereka tak manja, mereka mandiri dan tentu saja mereka hidup bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk sekelilingnya dan orang-orang di sekitarnya. Mungkin inilah jawaban kenapa aku tinggal di hutan, sebab Tuhan sedang mengajarkan aku tentang cara berbagi, bertahan dan melepaskan.


*Dapur Listrik, 30 Maret 2013

Bonus VS Potong gaji

Kalian masih ingat sebuah sinetron komedi Office Boy (OB) yang disiarkan di RCTI tahun 2006 lalu? Nah, jika kalian masih ingat maka disana seorang tokoh Pak Taka seorang manajer yang galak dan suka memberi hukuman fisik pada karyawannya. Bahkan Pak Taka pun tak segan-segan memberi mereka hukuman potongan gaji pada Gusti dan Hendra, jika salah satu dari mereka terlibat pertengkaran atau melakukan kesalahan. “Saya potong gaji kamu 20% bulan depan”. Begitulah kata-kata Pak Taka yang masih saya ingat.

Saya tidak suka menonton sinetron tapi ada pengecualian untuk sinetron komedi yang satu ini. Sitkom ini menjadi tontonan favorit di rumah kami, suasana keluarga kami menjadi lebih hangat tatkala tertawa bersama menyaksikan adegan lucu mereka. Terutama ketika menyaksikan ulah kocak Sayuti dan Mail yang dikerjai oleh Sa’Odah ketika disuruh membelikan makanan.

Itu dulu beberapa tahun yang lalu, saya tidak persis ingat kapan terakhir menonton sitkom itu. Sebab waktu menggiring saya untuk fokus pada pelajaran di sekolah dan lambat laun melupakannya. Dulu, saya berpikir hukuman potong gaji adalah hal biasa yang mungkin harus dialami oleh beberapa pekerja kantoran jika melakukan kesalahan. Lalu saya pun tertawa ketika Pak Taka memberi hukuman potong gaji pada Gusti sebesar 20%. Ya, saya nyengir kuda melihat ekspresi Gusti yang cemas bila gajinya dipotong.

Dan hari ini, saya sadar bahwa hukuman potong gaji terasa berat apalagi jika potongannya besar. Sebab nilai potong gaji berbanding lurus dengan kesalahan yang telah diperbuat. Sebagai seorang karyawan muda yang bekerja di pembangkit listrik saya juga pernah merasakan ‘hukuman potong gaji’ seperti karena terlambat datang bekerja, melakukan kesalahan, nilai ujian rendah dan masih banyak contoh lainnya.

Saya pikir, hukuman potong gaji itu bertujuan untuk menyadarkan kita agar berusaha dan bekerja lebih baik lagi. Berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Tapi itu adil kawan, sebab pada beberapa situasi di tempat saya bekerja juga memberikan bonus kepada para karyawann apabila melakukan sesuatu yang dinilai ‘baik’, seperti: menemukan peralatan yang rusak lalu melaporkannya, menemukan titik api lalu memadamkannya, melakukan penyelamatan alat, pemeriksaan yang baik. Karena bonus dan potong gaji inilah yang membuat persaingan dalam bekerja terasa lebih ‘sehat’.

Setidaknya jika kalian tidak mendapatkan bonus, janganlah melakukan kesalahan bodoh yang berujung dengan pemotongan gaji. Akan lebih baik lagi jika kita bekerja dengan hati, melakukan yang terbaik, mudah-mudahan rejeki bonus akan diberi dan rejeki tak harus selalu berbentuk uang, bukan?. :)

Mengulang tahun

Berputarnya waktu akan semakin menambah goresan-goresan kenangan, perputaran masa membuat jatah hidup di dunia kian berkurang. Usia yang terlewati bagai sebuah daun yang gugur, ia jatuh ke bumi, tak bisa kembali.

Adalah hal wajar jika kita sangat bergembira melewati sebuah fase dimana kondisi hidup kita semakin dewasa tapi kita lupa bahwa waktu yang telah dilewati tak akan pernah bisa berputar kembali.
Ada yang merayakannya dengan meriah, bercampur dengan rasa bahagia, bertabur bunga, meniup lilin, memotong kue, mengucapkan banyak do’a lalu berharap penuh akan mimpi-mimpi menjadi nyata. Dan wajah bersemu merah ketika seseorang memberikan hadiah. Ada juga yang merayakannya dengan sederhana, memandang keluar jendela, menghitung butiran hujan yang jatuh sembari mengingat dosa yang telah dilakukannya. Berharap bila saja tetes-tetes hujan itu mampu membasahi jiwanya yang gersang.

Ada pula yang merayakannya dengan kesunyian, menikmati hening, memejamkan mata, menajamkan pendengaran, menatap pada semesta hingga ia bosan dibuatnya. Namun ada pula yang diam, memasang senyum simpul kecil dipipi, bersyukur pada apa yang telah dimiliki. Ada juga yang bersimpuh, tertunduk malu, bersujud disepertiga malam, berdoa, meminta berkah umur dan ampunan akan dosa yang menjamur. Apapun bentuknya, setiap orang pastilah punya cara tersendiri untuk menikmati momen spesial pergantian usia.

Sejatinya, kita tidak sedang ber-ulang tahun akan tetapi kita sedang memungut kenangan yang telah tercipta seiring berputarnya waktu, menebas batang usia hingga akhirnya batang itu habis dan jiwa meninggalkan raga.

PUISI: Bunga cahaya

Berbinar-binar di ruang mata

Berderet rapi di sepanjang beranda mimpi

Memancarkan sinar sepanjang malam

Gelap adalah sebuah catatan

Tentang lampu-lampu jalan

Yang tabah berdiri di bawah langit hitam

Tegak, bersinar konstan

Aku membayangkan

Bila saja cahaya lampu itu bisa kukumpulkan

Lantas menjelma menjadi seikat bunga cahaya

Bersinar terang benderang

Lalu kupersembahkan padamu

Yang masih setia menunggu dibawah lampu jalan

*Muara Enim, Dapur Listrik, 22 Maret 2013

Semoga Tuhan tak marah

Sejatinya, aku selalu menyambut hari jum’at dengan hati riang gembira. Jum’at selalu lebih cerah dari hari lain, tak tahu mengapa. Mungkin hari itu adalah hari istimewa dibanding hari lainnya.

Hatiku senang, riang, gembira manakala menatap matahari yang baru hendak terbit di hari jum’at.

Kenapa? Karena hari itu aku akan mengenakan baju terbaik, mencukur kumis, memotong kuku dan menyemprotkan wewangian. Tentu saja untuk memenuhi panggilan Sang Pencipta, menunaikan ibadah sebagai seorang muslim yang baik.

Tapi, kesibukan bekerja membuatku lupa, lalai memenuhi panggilanNya. Aku mengutuk diri, seharusnya tidak begini. Panggilan ibadah selalu lebih penting dari puluhan operasi di dapur listrik. Panggilan ibadah harusnya lebih menjadi panggilan darurat yang harus segera dikerjakan di awal waktu. Sungguh terlalu!

Aku menjerit, aku terjepit pada sebuah kenyataan yang harusnya tak boleh terjadi. Aku kesal, tanganku mengepal ingin melayangkan tinju pada dinding-dinding kesibukan. Hatiku goyah, manakala berdiri di sebuah arena dunia, dimana putaran waktu tak kenal ampun. Aku meronta, ingin segera melepaskan tali-tali kesibukan yang kian hari kian menarik diri jauh dariMu. Aku ingin berlari sekuat tenaga, kembali mendekat padaMu. Bercumbu denganMu di sepertiga malam yang sendu. Maafkan aku ya Tuhanku.

Tuhan, aku lelah melayani keramaian. Setiap hendak menujuMu aku selalu dikalahkan oleh waktu. Maafkan aku yang sibuk dan membikin asing diriMu. Maafkan aku yang lengah, terperangah pada entah. Maafkan aku yang penunda, mengabaikan segala tanda.

Tuhan, semoga Engkau tak marah.

Review Buku: Udah Putusin Aja-Felix Y.Siauw

Buku ini saya pesan online di mizan.com bulan lalu, mengingat stok buku yang di al-fatih centre sudah habis maka saya cari cara lain untuk punya buku ini. Isi buku ini simple dan mudah dimengerti, sangat cocok bagi para generasi muda yang galau, yang sekarang ikut-ikutan pacaran, yang tak tahu apa itu cinta, semuanya dibahas di buku ini. Dan kesimpulan akhir saya pantaslah jika PACARAN ITU DILARANG dalam agama kita.

“Lelaki sejati bila lamaran ditolak, dia akan naik pohon kelapa dan melihat masih banyak wanita lain yang menanti lamarannya.”

“Lelaki lemah bila diputus, cari pohon, lalu gantung diri. Sayangnya yang dicari pohon cabe.” #nelensandal

Isinya sangat kocak, berbobot dan sangat mudah dimengerti.  Sampul depannya berwarna merah muda dan terkesan unyu-unyu tapi setelah saya selesai bacanya, isinya LAKI banget!

Untuk apa pacaran walau alasan perkenalan, bila wanita dirugikan. Lebih baik sadar diri belumlah siap jangan mulai apa yang belum mampu diselesaikan.”

“Ucapan 'sayang' tidak menyelamatkan wanita dari kerugian. Takut tiada berjodoh lalu pacaran, sama saja membeli sengsara masa depan.”

“Lelaki sejati bukan yang hobinya menebar janji, tapi yang berani datangi wali.”


Membaca buku ini membuat saya merasa geli, kocak, sekaligus tertampar dari dalam. Pas baca buku ini saya sering nyengir kuda kalo ingat waktu pacaran sama kekasih. Tapi kabar baiknya sudah tidak lagi berpacaran. Lagipula sepertinya fokus pada pekerjaan dan kuliah adalah hal yang paling tepat saat ini.

Hari gini masih pacaran!? Udah putusin aja! :))





Kecil dan terlupakan

Ada cerita unik pada bulan ketiga saat saya baru pertama kali membeli si ‘kuda besi’. Ceritanya begini, saat mengalami perjalanan dalam pulang ke rumah ban motor masuk ke dalam lubang yang cukup lebar. Kejadian itu tak bisa terelakan oleh kecepatan tempuh yang kencang. Sialnya, setelah kejadian itu velg motor belakang bengkok. Keesokan harinya, dengan perasaan yang sedikit kecewa bercampur dengan rasa sesal karena motor kesayangan terluka saya melepas ban motor dari rangkanya.

Dengan alat seadanya akhirnya velg tersebut lepas dari rangka. Lalu saya membawanya ke bengkel press terkenal di kota saya. Disanalah, velg itu di-press dengan tekanan kuat yang membuat velg menjadi presisi kembali. Tak butuh waktu lama, satu jam kemudian velg motor saya kembali seperti semula. Hati saya senang sekali.

Tiba di rumah, saya harus memasang ulang kembali. Memasangkan ban pada velg lalu setelah lengkap saya pasangkan pada lengan ayun motor. Saat pemasangan, saya bingung posisi beberapa baut dan mur. Saya sudah mencoba beberapa kali, tapi masih saja ‘ada satu baut yang lebih’. Aku berkali-kali menggaruk kepala. Berpikir ulang posisi baut dan mur yang benar sembari mengingat posisi saat sebelum membongkar.
“Bagaimana mungkin ada satu baut yang lebih pada satu alat yang baru saja dibongkar?”. Ujar dalam hati, sambil berpikir ulang.

Ternyata kejadian seperti ini terjadi juga. Seperti kata guru sekolah saya dulu:

“Anak STM tidak boleh kelebihan baut, ketika memasang alat semua baut harus terpasang pada posisinya. Jika ada yang berlebih, itu tidak benar”.

Semacam kutukan karena ketidakteletian dalam bekerja. Aku menepuk jidat. Menggeleng-geleng kepala, akhirnya kejadian juga ‘seorang tamatan STM mengalami kelebihan baut’. Aku duduk sejenak, menenangkan diri sembari terus berpikir. Lalu saya memutuskan untuk sholat ashar. Sudah lewat tiga puluh menit sejak pertama kali adzan berkumandang.

Dan keajaiban terjadi ketika saya selesai sholat, saya baru ingat bahwa saat membongkar velg itu ada beberapa foto yang sempat kuabadikan. Nah, disitulah akhirnya dengan hasil foto kamera digital saya memperbesar foto itu. Disana terlihat dengan jelas susunan baut yang benar. Aku menghela nafas lega.
Tak menunggu lama, velg itu akhirnya terpasang pada lengan ayun dengan sempurna. Aku tersenyum lega. Kau tahu, karena satu buah baut itu aku harus merelakan waktu seratus dua puluh menit bekerja lebih lama, karena satu buah baut itu waktu untuk bermain bersama teman-teman hilang sudah dan karena satu buah baut itu pula akhirnya aku tahu bahwa hal yang kecil sangat mempunyai peranan penting.

“Apakah kau pernah mendengar berita bahwa sebuah pesawat mengalami delay berjam-jam karena kehilangan sebuah baut?”. Itulah contoh betapa hebatnya peranan ‘hal kecil’. Satu baut yang hilang itu sangat berharga, bahkan bisa membahayakan banyak nyawa penumpang.

Begitu pula dengan profesi, jabatan, pekerjaan kita. Semua orang memang harus mempunyai peranan berbeda dalam berbagai jenis pekerjaan. Ada yang harus yang jadi guru, dokter, tentara, sastrawan, ahli fisika, astronomi, psikologi dan lain-lain. Walaupun kenyataannya hidup hanya memberi kita bagian dari pekerjaan yang kecil, berbesar hatilah, kawan! Karena kita adalah bagian kecil yang terpenting bagi semesta. Berbahagialah, kawan! Karena kita adalah baut kecil terpenting pada sebuah bangunan yang besar. Tersenyumlah, kawan! Karena hidup amatlah indah ketika kita mensyukurinya:)

Kamera baru

Tahun ini akhirnya kamera poket saya berevolusi menjadi kamera DSLR. Senangnya bukan main! Paling tidak, keinginan yang dipendam selama 5 tahun terakhir kesampaian juga. Alhamdulillah. J awalnya memang saya harus memaksa diri untuk menyisihkan beberapa persen gaji selama beberapa bulan, lalu ketika dananya sudah terkumpul saya tidak merasa merogoh kocek terlalu dalam.

Hampir seminggu, canon eos 650d itu berada di tangan saya. Sejauh ini saya masih harus belajar banyak lagi tentang fotografi, mengenal banyak fitur dan mencoba style baru. Hobi yang satu ini memang agak elit, butuh dana yang tak sedikit. Saya pikir, tidaklah berlebihan untuk memiliki kamera DSLR. Suatu saat ada acara di rumah, jalan-jalan dan sebagainya saya tak perlu lagi capek-capek pinjem kamera teman. Barangkali, kalo memang ada rejeki nanti ada yang butuh jasa jepret..ya lumayan buat tambahan. Hobi tersalurkan dan bermanfaat. J

Nah, bagi kalian yang suka jepret-jepret atau yang suka dijepret boleh ngobrol dengan saya. Nanti kita bisa hunting, cari spot yang bagus, buat acara foto-foto, sekaligus menambah teman. Saya bukan fotografer lho, saya hanya seorang lelaki yang suka fotografi.