Bernapas dengan leluasa sebetulnya suatu karunia yang tak terhingga, oksigen dimana –mana adalah tanda Maha Pemurah-Nya Dia. Disini saya sedang duduk menatap sebuah layar yang saya ketik, saya lihat jam di tangan “SA 12 – 31” singkatan dari Saturday, December, 31. Kita sudah di akhir tahun rupanya. Setahun serasa sekejap mata, bumi tetap berotasi pada porosnya hingga akhirnya tiba di titik revolusi. Tahun dua ribu dua belas sudah di depan mata.
Banyak yang sedang menanti detik-detik kehadirannya. Bersorak-sorai menyambut kembang api dan terompet, aroma makanan, panggangan roti, keju, jagung bakar, dan nyanyian tengah malam. Saya masih membisu, masih dengan gaya duduk manis menatap layar.
Hari ini saya masih masuk kerja seperti biasa, walaupun sore tadi agak kewalahan dengan sibuknya operasi. Namun, Alhamdulillah akhirnya selesai juga. Sore harinya memang agak sedikit berbeda, kantin sebelah kiri agak sedikit berpesta pora dengan makanannya. Mata saya pun melirik lagi ke kantin sebelah kanan, oh ternyata menu malam ini merana. --“ kemudian saya putuskan untuk makan di luar saja, di salah satu warung serba ada di desa dekat asrama. Sembari menikmati sajian, mata saya mencari senja, senja dimana? Bersembunyi tak berwarna. Tertutup awan yang menggumpal di angkasa.
Malam pun tiba, masih seperti biasa di kamar c dua satu tiga. Hanya suasana dunia yang agak sedikit berbeda, karena para manusia sedang menanti bergantinya masa. Sebelum ini itu ucapkan selamat tahun baru doaku untukmu semoga bahagia dalam langkahmu, sehat lahir batin selalu. Tak usah menunggu jam 12 malam untuk melihat kembang api tahun baru, bangunlah di satu per dua malam dimana rahmat Tuhan mendekatimu. Ya, besok tanggal satu. :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment