Orang sibuk adalah orang yang beruntung. Betapa tidak, di
dunia yang katanya hampir carut-marut nilai sosialnya, ditengah gamangnya arus
globalisasi yang kadang membolak-balikkan fakta, yang membuat sesuatu yang
putih terlihat seolah hitam, dan hitam dilihat sebagai putih. Orang-orang sibuk
tetap berdiri pada kesibukannya masing-masing.
Maka, beruntunglah orang-orang yang hingga hari ini tetap
sibuk. Yakni, orang yang sibuk pada pekerjaannya. Yang menyebabkan anggota badan terhindar dari
waktu luang yang menyesatkan. Yang karena pekerjaannya hanya tertuju pada satu
titik untuk terus selalu berkarya.
Beruntunglah matanya, yang tetap selalu menatap huruf-huruf
untuk dibaca. Membuka wawasan melalui ayat-ayat yang tertulis milik-Nya.
Terjagalah tangannya, yang dengan pekerjaannya menyebabkan
ia tak sempat lagi melakukan keburukan. Tangannya digunakan untuk memberi,
mengangkat beban, menyeka keringat, menulis aksara kebaikan.
Terjagalah kakinya dari tempat-tempat maksiat. Yang hanya
melangkah pada tempat yang diridha’i-Nya, melangkah ke tempat bekerja adalah
ibadah, melangkah ke masjid untuk menunaikan sholat juga adalah ibadah.
Beruntunglah orang-orang sibuk yang setiap harinya mendapat
masalah, yang karena masalahnya itu membuat dia menjadi lebih tangguh dalam mengarungi
kehidupan.
Beruntunglah orang-orang sibuk yang tetap belajar, yang
karena kebodohannya itu membuat ia terus memperbaiki diri. Beruntunglah orang
yang di dalam dirinya terdapat kekurangan, yang karena kekurangannya itu ia
terus berusaha untuk memperbaiki diri.
Dan beruntunglah orang-orang yang menghela nafas lega hingga
detik ini, yang tersenyum bahagia seraya bersyukur dengan apa yang telah
diusahakan.
Dan bahagialah orang-orang yang sibuk, yang merasa tidak
sibuk dengan segala kesibukannya. Sibuk itu bermanfaat, ‘sok sibuk’ itu
berbahaya. Semoga kita menjadi pribadi sibuk yang bermanfaat! ;)
0 comments:
Post a Comment