Meski tidak adanya setrum listrik yang menyalakan lampu. Kita
masih bisa menggunakan api untuk menyalakan cahaya dari lilin, lampu meja atau
api unggun. Lantas bermain –main dengan bayangan jari yang kita mainkan,
menirukan bentuk hewan, seperti: burung, kambing, ular dan sebagainya. Tertawa riang
karena bayangan yang dipantulkan hampir sama dengan hewan yang kita tirukan.
Saya ingat sekali momen seperti ini ketika kota saya waktu
dulu sering melakukan pemadaman listrik bergilir. Dan saya yakin beberapa dari kita
amat merindukan momen ini. Kita amat menyadari
bahwa sebuah cahaya amat berharga ketika malam tiba.
Di dunia ini ada banyak sekali kebahagiaan yang timbul dari peristiwa
biasa yang kita remehkan. Jadi, sambil menunggu listrik menyala kembali, lebih
baik kita menyalakan cahaya lilin, bermain bayangan dan berharap penuh semoga
pemadaman listrik cepat berakhir.
Tak perlu mencari kambing hitam, tuduh sana-sini, mencari
kesalahan kenapa bisa listrik padam atau sebal karena tak bisa nonton tv dan
sebagainya.
Karena sejatinya, listrik yang padam itu tak pernah lama. Coba bandingkan
dengan lama waktu listrik yang menyala? Yang paling kita takutkan itu apabila
tak ada lagi cahaya dalam hati kita. Maka gelaplah semuanya.
Muara Enim, 18122012
-Sang Koki Listrik
Muara Enim, 18122012
-Sang Koki Listrik
0 comments:
Post a Comment