Malam ini saya telah membuat satu keputusan yang amat besar. Keputusan
yang telah lama kupendam yang menjadikan diri ini terlalu lama terjebak dalam lubang
nista dan kekejian. Malam ini pula kuserahkan semuanya pada Sang Pencipta. Sebelum
semuanya terlambat dan menjadi sebuah penyesalan.
Lalu, sebuah pesan singkat kukirimkan ke nomor hape seorang gadis
berkerudung biru pujaan hati nun jauh disana. “…*Semoga paham”. Kalimat terakhir pesan itu.
Tunggu, ini bukanlah pesan apa-apa, bukan juga pesan kegalauan yang
biasa kita baca juga bukan pesan gombalan kelas ikan teri lainnya. Ini pesan singkat
yang lahir dari hati seorang “Koki Listrik”, yang hatinya baru saja tersengat
aliran listrik cinta 100 kV. Hei! Saya
sedang serius, tidak main-main!
Sungguh menyengat sekali, bahkan aku hampir tak bisa bernapas. Aliran
darah saya kejang beberapa detik, berhenti. Jantung saya berhenti berdetak. Hampir
pingsan. Dan saya yakin, apa yang baru saja saya lakukan itu akan membawa
kebaikan. Semoga. Semoga. Semoga.
Tak ada angin, juga tak ada hujan, yang ada hanya teriakan
Supporter bola saat pertandingan SFC VS AREMA di televisi, yang skornya baru
1-0. Dan tiba-tiba hikmah itu ada datang begitu saja. Saya tak ingin terlalu
lama menunda kebaikan ini. Segera saja kusampaikan.
“Jika kau
mencintai seorang gadis, jangan dipacari. Lamarlah dia”. Itulah pesan
pak Ustad yang masih kuingat selepas sholat maghrib beberapa waktu lalu. Karena
saat ini saya belum siap menikah, maka saya putuskan untuk TIDAK BERPACARAN. Karena, semakin ditimang-timang pacaran hanya
semakin melemahkan hidup saya. Sungguh terlalu!
Cinta tidak mengajari kita lemah, kawan.
Tetapi membangkitkan semangat.
Apalah itu pacaran, berdua-duaan, beri hadiah/kado ini itu,
sungguh saya malu kalau ingat masa-masa itu. Buang-buang waktu, buang-buang
duit.
“Bukankah hakikat mencintai itu adalah melepaskan? Semakin sejati
ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati
kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali
pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah
sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat."
Nah, jika memang belum siap menikah. BERHENTILAH BERPACARAN! Lemparkan jauh-jauh perasaan itu. Tunggulah
disaat yang tepat dan ketika semuanya sudah siap. Jika memang ia yang kau
cintai tak kembali, semoga Allah akan menggantinya dengan seseorang yang lebih
baik lagi. Percayalah, Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk umatnya
yang bersabar.
Mulai saat ini, saya berjanji untuk menyibukkan diri, memuliakan
orang tua, keluarga, belajar dengan giat dan semangat untuk meningkatkan
kualitas iman dan diri, bekerja yang giat penuh semangat supaya punya modal
untuk membangun sebuah rumah lalu melamar gadis yang saya cintai. Semoga. Aamiin.
Setelah semua ini, semoga hati saya akan menjelma menjadi sepotong
hati yang baru. Sepotong hati yang lebih tangguh, kuat dan hebat dalam
menghadapi kerasnya hidup dan tahan banting terhadap arus kehidupan sosial yang
sudah carut-marut bentuknya. Ya Tuhanku, Maha membolak-balikkan hati
manusia, jagalah selalu cintaku pada-Mu. Aamiin.
Muara Enim, 16122012
-Sang Koki Listrik
0 comments:
Post a Comment