Dalam raga ada hati, dan dalam hati, ada satu ruang tak
bernama. Di tanganmu tergenggam kunci pintunya.
Ruang itu mungil, isinya lebih halus dari serat sutra. Berkata-kata
dengan bahasa yang hanya dipahami oleh nurani.
Begitu lemah ia berbisik, sampai kadang-kadang engkau tak
terusik. Hanya kehadirannya yang terus terasa, dan bila ada apa-apa dengannya,
duniamu runtuh bagai pelangi meluruh usai gerimis.
Tahukah engkau bahwa cinta yang tersesat adalah pembuta
dunia? Sinarnya menyilaukan hingga kau terperangkap, dan hatimu menjadi sasaran
sekalinya engkau tersekap. Banyak garis batas memuai begitu engkau terbuai, dan
dalam puja kau sedia serahkan segalanya. Kunci kecil itu kau anggap pemberian
paling berharga.
Satu garis jangan sampai kau tepis: membuka diri tidak sama
dengan menyerahkannya.
Di ruang kecil itu, ada teras untuk tamu. Hanya engkau yang
berhak ada di dalam inti hatimu sendiri.
*Disalin dari buku Filosofi Kopi, 50.
"Kumpulan cerita dan prosa satu dekade Dewi ‘Dee’ Lestari (1998)"
0 comments:
Post a Comment