Dulu, saat saya masih duduk di kelas 3 SD. Saya biasa pulang
ke rumah dengan berjalan kaki, jarak antara rumah dan sekolah tidak jauh, hanya
butuh 15 menit jalan kaki.
“Eh, tunggu dulu. Kok, Kak Agus malah cerita tentang masa
kecil sih? Bukannya tadi ingin membagikan tips menulis?” Iya, tapi sebelumnya ijinkan saya
bercerita lebih dulu, oke? Anggukan kepala jika setuju.
Setiap pulang-pergi ke sekolah saya selalu menempuh rute yang
sama. Namun pada suatu pagi perjalananku tak semulus biasanya. Pagi itu, seekor
anjing hitam, besar dan galak tepat duduk asyik di pinggir jalan yang hendak kulalui.
Saat itu, saya cemas sekali. Saya takut dengan anjing.
Entah kenapa, pagi itu pemilik anjing itu sengaja melepaskan
rantai pengikat dan membiarkan anjingnya berkeliaran. Aku memberanikan diri
untuk tetap berjalan, hingga pada jarak terdekat antara aku dan anjing itu.
Satu meter lagi aku tiba di titik temu. Anjing itu menatapku tajam, aku menelan
ludah. Berharap semua akan baik-baik saja dan berdo’a semoga anjing itu tidak
menggonggong.
Tapi ternyata tidak,
Tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan.
Anjing hitam itu menggonggong keras lalu berusaha mengejarku.
Aku yang sadar akan hal itu berlari secepat mungkin, berbalik arah menghindar.
Aku berteriak ketakutan, anjing itu tetap mengejarku. Aku masih berlari hingga
aku bertemu dengan pohon jambu yang tumbuh di pinggir jalan. Aku melempar tas,
segera memanjat pohon jambu dengan tangkas. Dalam hitungan detik aku sudah
berada di puncak dahan tertinggi pohon jambu.
Aku mendengus sebal, nafasku tak beraturan. Tanganku
mengambil beberapa buah jambu dan melempari anjing itu dari atas.
Aku tertawa
merayakan keberhasilanku lolos dari kejaran anjing. Tak lama, sang pemilik
anjing datang dan mengikat lagi anjing itu. Kini, aku bisa bernafas lega.
Tapi, hei lihat! Aku sedang berada di atas pohon jambu yang
tingginya hampir 3 meter. Sebuah angka yang mungkin tak lazim dipanjat oleh
anak kecil seumuran saya waktu itu.
Dan pagi itu, aku terlambat datang ke sekolah.
APA yang bisa kalian
petik dari cerita saya barusan?
Itulah, yang disebut
USAHA. Bukan hanya pohon jambu, tapi mungkin juga
pohon kelapa pun bisa saya panjat jika waktu itu ada 2 atau 3 ekor anjing yang
mengejar saya. Begitu juga dengan menulis buku, sepanjang kalian berusaha untuk
tetap terus menulis. PERCAYALAH! Kalian akan melihat hasilnya. Entah esok, lusa,
bulan depan, tahun depan. Asal kalian tetap terus menulis, satu-dua buku
bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan.
kemudian adalah DEADLINE!
Deadline adalah batas waktu yang kalian tentukan untuk
mencapai sebuah target. Misalkan: untuk menulis sebuah buku dengan tebal 150
halaman kalian targetkan selesai dalam 6 bulan. Maka, ambil jarak waktu bagi
dengan jumlah halaman yang ditulis. 6 bulan terdiri dari (anggaplah) 180 hari /
150 halaman = 1.2 (1.5 dibulatkan).
Kalian hanya butuh niat untuk menulis minimal 1.5 halaman per
hari. Maka setelah 6 bulan kemudian buku yang diidam-idamkan akan tersusun
sendiri. Mudah bukan?
Dan yang terakhir adalah SELF
REWARD
Ini adalah point terpenting, setelah kalian selesai menulis
sebuah buku. Maka, ada baiknya jika kalian memberikan hadiah pada diri sendiri.
Berikan hadiah yang sangat kalian inginkan pada masa menulis. Minum teh bersama
teman, membeli buku bacaan terbaru, atau sekedar membeli es krim. Hanya, kalian
sendirilah yang tahu apa yang kalian inginkan.
Setelah semua itu selesai kalian laksanakan. Yang kalian
butuhkan adalah TETAP TERUS MEMBACA DAN
MENULIS, itu!
Teman-teman, itu saja yang ingin saya sampaikan, semoga
berkenan dihati dan membawa manfaat bagi kita semua. Saya bukan siapa-siapa,
masih butuh banyak belajar dari kalian. Yang punya masukan, saran maupun kritik
silakan disampaikan. Kelas ini terbuka untuk siapa saja, tak usah canggung
ataupun malu dan sebagainya. Mari belajar bersama.
Keep reading, happy writing! ;)
1 comments:
Nice suggest kka' :)
Post a Comment