Pages

“Waktu”

Satu menit terdiri dari enam puluh detik, detik-detiknya selalu membawa kita pada perubahan yang baru. Satu hari; dua puluh empat jam, satu minggu; tujuh hari lalu berganti bulan, bulan pun berganti tahun dan tahun demi tahun kita lewati hingga saat ini, di detik yang sedang kita jalani. Puluhan ribu hari, ratusan ribu jam dan jutaan detik kita lewati sudah. Tak peduli siapa pun, tak hanya kau tapi juga aku. Waktu terus bergulir tak kenal kata ”menunggu”.


Aku masih ingat saat masih sekolah dulu, walau sibuk dengan semua tugas pelajaran namun saat itu aku kaya. Kaya akan banyak waktu luang yang membuat aku selalu bahagia mewarnai hari, melakukan hal yang membuat aku bangga, berkumpul dengan teman dan keluarga.


Terlepas dari semua hal itu, saat waktu membawaku ke dunia kerja semua hal yang biasa kulakukan dahulu begitu cepat berubah. Hampir 1/3 hariku kuhabiskan untuk bekerja, ya mencari nafkah berharap menemukan sebongkah berlian yang bisa ditabung buat nikah, hahaa.. -_- 


Kawan, waktu itu amat berharga. Hadirnya jangan kau lewatkan begitu saja. Dia akan selalu menemanimu hingga suatu saat nanti kau kehilangannya dan kau sudah tak berada di dunia. Kau tahu disela kesibukan bekerja dan tekanan yang dirasakan saat bekerja selalu membuatku ingin terjun dari langit yang tinggi lalu menceburkan diri ke dalam samudera. Ingin merebut kembali waktuku yang tersita saat bekerja. Kembali ke rumah, bertemu keluarga tercinta. Aku ingin bahagia dengan segala hal yang kupunya saat ini. Walau waktu tak mungkin bisa ditambah, lewat deruan angin yang menerbangkan dedaunan dan awan yang membisikkan hujan Aku berharap kesempatan untuk menikmati waktu luang masih ada.


Puluhan lembar uang yang kuterima setiap bulan gaji itu tak bisa membeli waktu dan kebahagian, walau banyak sebagian orang bilang “punya banyak uang itu pasti bahagia”. Itu tidak selalu benar adanya. Memang benar kalau kau banyak uang kau bisa membeli segalanya, namun tidak untuk waktu dan kebahagiaan. Bagiku masa sekolah adalah masa yang paling bahagia, karena saat itu aku belum mengenal kata “bekerja” , aku masih bebas melakukan apa saja. Namun semakin bergulirnya waktu, tampaknya kita harus selalu belajar untuk dewasa. Masa sekolah lewatlah sudah.


Satu hal lagi, jangan pernah menghabiskan waktumu dengan orang yang tak pernah menghargai waktu kehadiranmu. Jangan pula menghabiskan waktumu untuk hal yang tak berguna, yang sama sekali tak bisa membuat suatu keberhasilan dimasa datang. Hargailah waktu dengan sebaik-baiknya sebelum Sang Pemilik Waktu mengambil semua waktumu. Tetaplah tersenyum dan bahagialah dengan semua yang kau punya saat ini. Tetaplah berkarya wahai Pemuda!

“10 bulan bersamamu”

Ngaspal jalanan bareng si BYSON memang selalu mengasyikan. Sudah banyak cerita yang kubuat bersamanya; bermanuver di tikungan, berhujan-hujanan, berkubang tanah jalanan, terpanggang terik matahari dan akhirnya aku sendiri yang capek dibuatnya.
10315 km sudah kutempuh, kurang lebih 1000 km per bulannya dan ini adalah bulan ke-10 kebersamaan kami. Aku tahu BYSON hanyalah mesin tak bernyawa yang meraung saat mesin dinyalakan, sebuah mesin 150cc yang setia mengantarku pulang pergi ke rumah, membawaku ke tempat kerja.
Setidaknya aku sudah tiga kali terjatuh dari atas punggungnya, aku bersyukur hingga saat ini kami berdua masih baik-baik saja. Walau kerap kali aku khawatir saat hujan deras mengguyur bumi, khawatir kalau-kalau mesinnya kebasahan. Tiga kali juga aku mengganti stangnya, badannya yang lecet menjadi bukti betapa tegarnya BYSON menapaki hari.
Oh BYSON, aku tak bisa membohong hati kalau diriku memang sudah cinta padamu. Tetaplah kuat menemani hari-hariku, jalan yang kita tempuh tak seelok dulu, bahkan lubang, jalanan yang berkelok setia menanti kita untuk dilalui.