Pages

“00:29”

Telat datang ke sekolah mungkin setiap orang sudah mengalaminya, terkurung di jalan karena hujan deras, jalanan macet atau bangun kesiangan. Namun bagaimana ceritanya kalau seorang Operator Listrik seperti saya telat masuk kerja?

Ceritanya begini. Malam itu aku masih asyik melihat teman-teman bermain bola kaki di lapangan hijau seberang asrama, tak seperti malam biasa yang sepi. Malam itu terlihat ramai sekali, beberapa karyawan ada juga yang bermain bola basket disamping lapangan bola. Aku tak ada niat untuk bermain bola, tengah malam nanti aku harus masuk kerja. Takut kalau terlalu capek hingga nanti tak bisa bangun tengah malam. Jadi aku sibuk sendiri dengan digicam, mencoba mencari beberapa angle terbuka untuk koleksi album photo. Rasa kantuk pelan-pelan menerpa. Aku kembali ke asrama, tidur 1 hingga 2 jam saja mungkin tak apa, pikirku. 


Rasa kantuk menguasai mata begitu cepatnya, aku sudah tertidur 2 jam lamanya. Alarm ponsel terdengar jelas di telinga tepat pukul 23:35, aku hiraukan begitu saja. Dua kali, tiga kali snooze ponsel berbunyi. Hingga bunyi terakhir terdengar berbeda, aku ingat betul itu adalah nada panggilan masuk. Kuangkat saja. “Hallo?”
“Dimana kak?”
“Masih di kamar, kenapa?” jawabku ketus.
“Naaaaaa..” dia tertawa lalu memutus panggilan.


Aku sedikit heran, aku tak mempedulikannya. Kutarik lagi selimut, kupeluk lagi guling. Namun otakku masih berpikir, “aneh saja jika pukul 00:29 si Irsan menelponku lalu menyeringai, ada apa sebenarnya?” Aku bertanya.


Aku masih belum sadar. Hingga akhirnya saat aku pejamkan mata lagi. Aku seketika sadar, mataku terbelalak. Aku melompat segera dari kasur, membasuh muka, memakai pakaian kerja dan helm, memasang sepatu lalu berlari ke lantai bawah asrama. Mulai mengayuh sepeda.


“Alamak, lima menit berlalu sejak panggilan telpon dan aku baru sadar kalau malam ini aku dinas malam. Keterlaluan!” Ucapku.
Kukayuh lebih kencang lagi pedal sepedaku. Sesampainya di Control Room, kapten shiftku sudah berdiri tegak di ujung tangga, tersenyum ramah. Aku tak membalas senyumannya, aku berkata
“I’m late Sir. You can cut my salary”.
Dia mengangguk sambil tersenyum. Ini pengalamanku telat masuk kerja yang pertama setelah dua tahun bekerja disini, aku telat lima menit empat puluh detik. Tak apalah, lain kali aku harus lebih waspada saat dinas malam lagi. Jangan telat lagi. Whoooaaa, memalukan sekali, walau sudah dibangunkan lewat panggilan ponsel aku pun tidak menyadarinya dengan segera, terlalu -_-


Tapi tenang kawan, terlambat seperti ini tak terlalu parah jika dibanding dengan Irsan yang dulu pernah harus terlambat satu jam karena hujan dan macet, kalau memang harus telat, maka telatlah dengan sewajarnya ya jangan seperti saya! Telat saya luar biasa. Hahaa.. =D

0 comments:

Post a Comment