Pages

Ini (bukan) surat cinta

Hai apa kabar Stroberrie? :)
Bagaimana kegiatanmu hari ini? O ya bagaimana juga dengan persiapan wisudamu bulan depan? Hmm, bagaimana dengan novel terakhir yang kau beli? Sudah selesai dibacakah? Aku orangnya banyak tanya ya? =D

Kapan ya terakhir kita bertemu? Tunggu dulu, biar aku ingat. Terakhir kita bertemu desember tahun lalu bukan? Waktu itu musim hujan, awan mendung selalu. Tiba di rumahmu, kita hanya berbincang sejenak. Aku tak sempat mengajakmu berkeliling di kotamu atau sekedar jalan-jalan dengan kuda besiku. Apakah kau tahu? Aku selalu bersemangat saat ingin bertemu denganmu, adrenalinku naik tinggi, degup jantungku berdetak tak menentu. Seperti yang selalu kau katakan, berjumpa denganmu membuat aku kaku, mungkin senyummu yang manis itu membuat otakku kehilangan ide untuk berkata.


Hmm.. Kau masih ingat “bakpau pedas manis” bukan? Itu makanan yang selalu kau inginkan saat kita belum pernah bertemu, dua tahun lalu. Dan aku pernah bilang, mana ada “bakpau pedas manis”, bakpau itu tidak ada rasanya. Di tempat kita saja yang beraneka rasa, ada keju, coklat, dan kacang hijau. Masih ingat ya? Aku tahu ingatanmu memang baik.


Kau tahu, aku menulis surat ini di malam hari. Bulan setengah sudah menampakkan wajahnya yang terlihat dari balkon asrama. Kau tak ingin melihatnya?


“Kau sudah makan?” Ah pertanyaan itu lagi, bosan aku menanyakan hal itu. Kau mungkin lebih bosan lagi, saat aku menanyakan hal itu, iya bukan? Itu lebih baik dibanding aku bertanya “Sudah mandi belum?” =D pertanyaan pembuka saat kita masih sering bertelpon di pagi hari. Beberapa bulan yang lalu.


O ya tadi saat aku selesai makan di kantin dan kembali lagi ke asrama. Aku lihat sinar mentari senja berwarna tak seperti biasanya, warna biru bercampur merah kekuning-kuningan. Seperti warna jingga pagi hari, yang biasa kulihat beberapa saat setelah sholat shubuh. Saat aku melihatnya aku seperti berjalan di pagi hari setelah makan malam. Aneh bukan? Bukan langitnya yang aneh tapi aku saja yang belum pernah melihat hal ini sebelumnya. Kau tahu, tahun lalu disini sinar mentari senja selalu merah. Setiap saat aku pulang kerja, mataku selalu menatap padanya. Senja merah, anggun sekali. Beginilah kejadian alam disini, selalu indah untuk diceritakan.


Hei, kenapa kau diam saja? Aku sedang bercerita padamu. Oh, ternyata kau tidak mengikuti ceritaku dari awal ya. Hmm, ya sudahlah ceritaku memang tak pernah ada istilah menariknya dimatamu. Kau juga, tak pernah mau bercerita saat aku minta kau untuk bercerita.


Kemarin malam hingga sore tadi aku bertanya-tanya dan membayangkan apa yang sedang terjadi padamu disana. Beberapa kali aku tekan tombol panggil, menelponmu. Pesan singkat juga aku kirimkan. Tidak ada balasan sedikit pun. Dan sore tadi, pesan singkat kuterima “Hapenya silent” jawabmu singkat. Kau sedang tidak mood rupanya. Siapa sih “si Mood” yang kau bicarakan? Apakah itu si Moodo dan Moody? Oh bukan, itu maskot seagames ternyata! =D


Sudah sering kau begini, larut dalam suasana mood yang kau buat. Menjauh tanpa sebab kemudian datang tiba-tiba dengan senyuman ceria lagi. Ayo, hentikanlah. Menyimpan masalah, duka, gelisah dan berlarut dalam kesendirian bukanlah pilihan yang baik. Kembalikan lagi warna stroberrie merah dulu yang selalu membuat orang sekitar bahagia saat berada di sisinya.


Satu hal lagi, jangan terlalu lama larut dalam mood-mu. Jangan buat aku menunggu terlalu lama mengulur tangan untuk menyambutmu, yang bahkan kau masih berpikir lama untuk mengulur tangan padaku. Karena aku akan pulang ke rumah sebelum senja, menulis ulang semua hal tentang “bakpau pedas manis”, “bulan setengah”, “senja yang kehilangan warna merahnya”, “simpang empat kota”, “ojeg serta taman hijaunya” ke dalam lembaran kertas yang nantinya akan menjadi kisah cinta tak terlupa.


Salam sayang,

Prajurit Jaga Malam

0 comments:

Post a Comment