Empat tahun lalu di kota Nanas, Prabumulih. Seorang teman satu kos mengajakku untuk pergi sholat jum’at ke sebuah Masjid terkokoh nan megah di kota itu, masjid Darussalam namanya.
Aku yang saat itu masih belum mengenal banyak tempat di kota itu, menyambut hangat ajakannya. Aku yang waktu itu harus tinggal di kota nanas untuk menyelesaikan tugas magang sekolah, ingin sekali rasanya mengelilingi kota itu sekedar melihat lebih jelas sudut-sudut kota dan bentuknya. Dan akhirnya permintaanku dipenuhiNya. Seseorang yang baik hati, usianya lebih tua dariku, yang sudah pantas seperti kakakku mengajakku berkeliling kota nanas. Hingga akhirnya kami menyempatkan sholat jum’at di masjid Darussalam.
Masjid itu terletak persis di tengah kota, hanya saja untuk memasukinya kita harus melewati gerbang utama perusahaan terbesar minyak dan gas, PT.PERTAMINA namanya. Ya, di PT.PERTAMINA itulah aku memberikan waktu penuh untuk mengambil semua ilmu teknik di dunia Industri yang selama ini terus membayangi isi kepala. Belajar dan bekerja keras.
Di depan masjid itu ada sebuah kubah hitam persegi, hampir menyerupai bentuk Ka’bah di Mekkah. Yang digunakan untuk latihan manasik sebelum berangkat haji. Saat masuk ke dalam masjidnya, kau akan merasa damai sekali dengan semua alunan ayat suci Al-qur’an, gerbang utama masjid di setiap sisi ruang, besar dan tinggi memudahkan udara masuk. Sekeliling masjid ditanami pohon dan rumput hijau, membuat udara di sekitar masjid selalu sejuk.
Dan siang tadi, kerinduan akan masjid itu terpenuhi. Aku langkahkan lagi kakiku ke dalam masjid itu untuk memenuhi panggilan sholat jum’at. Hilang beban di hati, damai terasa di sanubari. Itulah yang kurasakan siang tadi. Sebuah masjid yang menjadi saksi tentang perjalanan diri. Empat tahun lalu dan kini terulang lagi. Aku menghadapMu, di tempat yang empat tahun lalu aku dan temanku mengunjungi.
"Besok giliran siapa?"
Pernah berpikir bahwa suatu hari nanti langkahmu akan terhenti? Pernahkah terbesit dalam hatimu kau tidak akan bisa lagi menatap langit biru ciptaanNya? Atau pernahkah kau membayangkan suatu saat nanti saat jantungmu berhenti memompa darah? Dan orang-orang menangis tersendu karena kepergianmu?
Tadi malam sebuah panggilan masuk ke telepon genggamku, “Kak, Ayahku baru saja meninggal. Beritahu Kapten besok aku tidak masuk kerja” dia berkata sambil terisak sedih. Sesaat aku tersentak kaget, mencoba bangun dari tidurku. Ternyata aku sedang tidak bermimpi. Salah satu rekan kerja telah kehilangan sosok Ayah yang dicintainya. Aku tiba-tiba khawatir dengan keluarga dirumah. Sudah dua minggu tidak pulang, apa kabar mereka?
Kehilangan orang yang kita cintai adalah perpisahan yang sangat berat, menangislah air mata kita, jatuhlah butiran-butiran air mata yang tak terbendung karena sedihnya. Kesedihan sedang memayungi keluarga mereka, aku berduka.
Tuhan memang maha adil, daun yang sudah tua jatuh ke bumi ditelan usia, kemudian ditumbuhkannya lagi tunas-tunas muda. Dan bersemi. Dialah maha membolak-balikan hati dan perasaan manusia. Dan aku bertanya, “besok giliran siapa?”
Tadi malam sebuah panggilan masuk ke telepon genggamku, “Kak, Ayahku baru saja meninggal. Beritahu Kapten besok aku tidak masuk kerja” dia berkata sambil terisak sedih. Sesaat aku tersentak kaget, mencoba bangun dari tidurku. Ternyata aku sedang tidak bermimpi. Salah satu rekan kerja telah kehilangan sosok Ayah yang dicintainya. Aku tiba-tiba khawatir dengan keluarga dirumah. Sudah dua minggu tidak pulang, apa kabar mereka?
Kehilangan orang yang kita cintai adalah perpisahan yang sangat berat, menangislah air mata kita, jatuhlah butiran-butiran air mata yang tak terbendung karena sedihnya. Kesedihan sedang memayungi keluarga mereka, aku berduka.
Tuhan memang maha adil, daun yang sudah tua jatuh ke bumi ditelan usia, kemudian ditumbuhkannya lagi tunas-tunas muda. Dan bersemi. Dialah maha membolak-balikan hati dan perasaan manusia. Dan aku bertanya, “besok giliran siapa?”
Ini (bukan) surat cinta
Hai apa kabar Stroberrie? :)
Bagaimana kegiatanmu hari ini? O ya bagaimana juga dengan persiapan wisudamu bulan depan? Hmm, bagaimana dengan novel terakhir yang kau beli? Sudah selesai dibacakah? Aku orangnya banyak tanya ya? =D
Kapan ya terakhir kita bertemu? Tunggu dulu, biar aku ingat. Terakhir kita bertemu desember tahun lalu bukan? Waktu itu musim hujan, awan mendung selalu. Tiba di rumahmu, kita hanya berbincang sejenak. Aku tak sempat mengajakmu berkeliling di kotamu atau sekedar jalan-jalan dengan kuda besiku. Apakah kau tahu? Aku selalu bersemangat saat ingin bertemu denganmu, adrenalinku naik tinggi, degup jantungku berdetak tak menentu. Seperti yang selalu kau katakan, berjumpa denganmu membuat aku kaku, mungkin senyummu yang manis itu membuat otakku kehilangan ide untuk berkata.
Hmm.. Kau masih ingat “bakpau pedas manis” bukan? Itu makanan yang selalu kau inginkan saat kita belum pernah bertemu, dua tahun lalu. Dan aku pernah bilang, mana ada “bakpau pedas manis”, bakpau itu tidak ada rasanya. Di tempat kita saja yang beraneka rasa, ada keju, coklat, dan kacang hijau. Masih ingat ya? Aku tahu ingatanmu memang baik.
Kau tahu, aku menulis surat ini di malam hari. Bulan setengah sudah menampakkan wajahnya yang terlihat dari balkon asrama. Kau tak ingin melihatnya?
“Kau sudah makan?” Ah pertanyaan itu lagi, bosan aku menanyakan hal itu. Kau mungkin lebih bosan lagi, saat aku menanyakan hal itu, iya bukan? Itu lebih baik dibanding aku bertanya “Sudah mandi belum?” =D pertanyaan pembuka saat kita masih sering bertelpon di pagi hari. Beberapa bulan yang lalu.
O ya tadi saat aku selesai makan di kantin dan kembali lagi ke asrama. Aku lihat sinar mentari senja berwarna tak seperti biasanya, warna biru bercampur merah kekuning-kuningan. Seperti warna jingga pagi hari, yang biasa kulihat beberapa saat setelah sholat shubuh. Saat aku melihatnya aku seperti berjalan di pagi hari setelah makan malam. Aneh bukan? Bukan langitnya yang aneh tapi aku saja yang belum pernah melihat hal ini sebelumnya. Kau tahu, tahun lalu disini sinar mentari senja selalu merah. Setiap saat aku pulang kerja, mataku selalu menatap padanya. Senja merah, anggun sekali. Beginilah kejadian alam disini, selalu indah untuk diceritakan.
Hei, kenapa kau diam saja? Aku sedang bercerita padamu. Oh, ternyata kau tidak mengikuti ceritaku dari awal ya. Hmm, ya sudahlah ceritaku memang tak pernah ada istilah menariknya dimatamu. Kau juga, tak pernah mau bercerita saat aku minta kau untuk bercerita.
Kemarin malam hingga sore tadi aku bertanya-tanya dan membayangkan apa yang sedang terjadi padamu disana. Beberapa kali aku tekan tombol panggil, menelponmu. Pesan singkat juga aku kirimkan. Tidak ada balasan sedikit pun. Dan sore tadi, pesan singkat kuterima “Hapenya silent” jawabmu singkat. Kau sedang tidak mood rupanya. Siapa sih “si Mood” yang kau bicarakan? Apakah itu si Moodo dan Moody? Oh bukan, itu maskot seagames ternyata! =D
Sudah sering kau begini, larut dalam suasana mood yang kau buat. Menjauh tanpa sebab kemudian datang tiba-tiba dengan senyuman ceria lagi. Ayo, hentikanlah. Menyimpan masalah, duka, gelisah dan berlarut dalam kesendirian bukanlah pilihan yang baik. Kembalikan lagi warna stroberrie merah dulu yang selalu membuat orang sekitar bahagia saat berada di sisinya.
Satu hal lagi, jangan terlalu lama larut dalam mood-mu. Jangan buat aku menunggu terlalu lama mengulur tangan untuk menyambutmu, yang bahkan kau masih berpikir lama untuk mengulur tangan padaku. Karena aku akan pulang ke rumah sebelum senja, menulis ulang semua hal tentang “bakpau pedas manis”, “bulan setengah”, “senja yang kehilangan warna merahnya”, “simpang empat kota”, “ojeg serta taman hijaunya” ke dalam lembaran kertas yang nantinya akan menjadi kisah cinta tak terlupa.
Bagaimana kegiatanmu hari ini? O ya bagaimana juga dengan persiapan wisudamu bulan depan? Hmm, bagaimana dengan novel terakhir yang kau beli? Sudah selesai dibacakah? Aku orangnya banyak tanya ya? =D
Kapan ya terakhir kita bertemu? Tunggu dulu, biar aku ingat. Terakhir kita bertemu desember tahun lalu bukan? Waktu itu musim hujan, awan mendung selalu. Tiba di rumahmu, kita hanya berbincang sejenak. Aku tak sempat mengajakmu berkeliling di kotamu atau sekedar jalan-jalan dengan kuda besiku. Apakah kau tahu? Aku selalu bersemangat saat ingin bertemu denganmu, adrenalinku naik tinggi, degup jantungku berdetak tak menentu. Seperti yang selalu kau katakan, berjumpa denganmu membuat aku kaku, mungkin senyummu yang manis itu membuat otakku kehilangan ide untuk berkata.
Hmm.. Kau masih ingat “bakpau pedas manis” bukan? Itu makanan yang selalu kau inginkan saat kita belum pernah bertemu, dua tahun lalu. Dan aku pernah bilang, mana ada “bakpau pedas manis”, bakpau itu tidak ada rasanya. Di tempat kita saja yang beraneka rasa, ada keju, coklat, dan kacang hijau. Masih ingat ya? Aku tahu ingatanmu memang baik.
Kau tahu, aku menulis surat ini di malam hari. Bulan setengah sudah menampakkan wajahnya yang terlihat dari balkon asrama. Kau tak ingin melihatnya?
“Kau sudah makan?” Ah pertanyaan itu lagi, bosan aku menanyakan hal itu. Kau mungkin lebih bosan lagi, saat aku menanyakan hal itu, iya bukan? Itu lebih baik dibanding aku bertanya “Sudah mandi belum?” =D pertanyaan pembuka saat kita masih sering bertelpon di pagi hari. Beberapa bulan yang lalu.
O ya tadi saat aku selesai makan di kantin dan kembali lagi ke asrama. Aku lihat sinar mentari senja berwarna tak seperti biasanya, warna biru bercampur merah kekuning-kuningan. Seperti warna jingga pagi hari, yang biasa kulihat beberapa saat setelah sholat shubuh. Saat aku melihatnya aku seperti berjalan di pagi hari setelah makan malam. Aneh bukan? Bukan langitnya yang aneh tapi aku saja yang belum pernah melihat hal ini sebelumnya. Kau tahu, tahun lalu disini sinar mentari senja selalu merah. Setiap saat aku pulang kerja, mataku selalu menatap padanya. Senja merah, anggun sekali. Beginilah kejadian alam disini, selalu indah untuk diceritakan.
Hei, kenapa kau diam saja? Aku sedang bercerita padamu. Oh, ternyata kau tidak mengikuti ceritaku dari awal ya. Hmm, ya sudahlah ceritaku memang tak pernah ada istilah menariknya dimatamu. Kau juga, tak pernah mau bercerita saat aku minta kau untuk bercerita.
Kemarin malam hingga sore tadi aku bertanya-tanya dan membayangkan apa yang sedang terjadi padamu disana. Beberapa kali aku tekan tombol panggil, menelponmu. Pesan singkat juga aku kirimkan. Tidak ada balasan sedikit pun. Dan sore tadi, pesan singkat kuterima “Hapenya silent” jawabmu singkat. Kau sedang tidak mood rupanya. Siapa sih “si Mood” yang kau bicarakan? Apakah itu si Moodo dan Moody? Oh bukan, itu maskot seagames ternyata! =D
Sudah sering kau begini, larut dalam suasana mood yang kau buat. Menjauh tanpa sebab kemudian datang tiba-tiba dengan senyuman ceria lagi. Ayo, hentikanlah. Menyimpan masalah, duka, gelisah dan berlarut dalam kesendirian bukanlah pilihan yang baik. Kembalikan lagi warna stroberrie merah dulu yang selalu membuat orang sekitar bahagia saat berada di sisinya.
Satu hal lagi, jangan terlalu lama larut dalam mood-mu. Jangan buat aku menunggu terlalu lama mengulur tangan untuk menyambutmu, yang bahkan kau masih berpikir lama untuk mengulur tangan padaku. Karena aku akan pulang ke rumah sebelum senja, menulis ulang semua hal tentang “bakpau pedas manis”, “bulan setengah”, “senja yang kehilangan warna merahnya”, “simpang empat kota”, “ojeg serta taman hijaunya” ke dalam lembaran kertas yang nantinya akan menjadi kisah cinta tak terlupa.
Salam sayang,
Prajurit Jaga Malam
Vespa
Have you ever ride the most classic and antique motorcycle in Indonesia? You must be know that kind motorcycle, that’s vespa. Here I’m going to tell you about my last activity last week.
So guys, last week I went to Palembang for one business. Re-register university cause first semester has been done with not bad score. Then, I ride BYSON. We scratch the road freely, BYSON so awesome last week. He show all his ability for me. Eventough Sumatera road condition like the moon surface, I mean many holes.. :D but I can avoid it and ride safely.
Arrived in Palembang after through ride three hours, the road so crowded. Afterthat, I went to Open Learning University Office in Bukit Besar. Less than one hour, I had been re-registered in second semester. In afternoon, I visited my bestfriend home. Then? There is a Vespa in parking in his home. That Vespa is belong to his friend. So I just take rest for an hour while talking about our activity. Long time not see him since last year. Many thing we have talked, including the “Vespa”.
BYSON should be take full respect whenever meet Vespa, :D cause Vespa is the most classic and antique motorcycle in Indonesia. Do you know when I was 12 years old, Vespa is the AWESOME motorcycle that I have ever seen. And now I saw Vespa again with my own eyes, as usualy I take some permit for ride test the vespa and here we go! Brrrrmm, brrrmmmm.. hahaa.. :D Guys, have you ever ride the Vespa? :)
So guys, last week I went to Palembang for one business. Re-register university cause first semester has been done with not bad score. Then, I ride BYSON. We scratch the road freely, BYSON so awesome last week. He show all his ability for me. Eventough Sumatera road condition like the moon surface, I mean many holes.. :D but I can avoid it and ride safely.
Arrived in Palembang after through ride three hours, the road so crowded. Afterthat, I went to Open Learning University Office in Bukit Besar. Less than one hour, I had been re-registered in second semester. In afternoon, I visited my bestfriend home. Then? There is a Vespa in parking in his home. That Vespa is belong to his friend. So I just take rest for an hour while talking about our activity. Long time not see him since last year. Many thing we have talked, including the “Vespa”.
BYSON should be take full respect whenever meet Vespa, :D cause Vespa is the most classic and antique motorcycle in Indonesia. Do you know when I was 12 years old, Vespa is the AWESOME motorcycle that I have ever seen. And now I saw Vespa again with my own eyes, as usualy I take some permit for ride test the vespa and here we go! Brrrrmm, brrrmmmm.. hahaa.. :D Guys, have you ever ride the Vespa? :)
Pagi ini menjingga
Coba tanyakan pada pagi yang menjingga pagi ini. Apakah ia merindukanmu? Tidak. Kita yang selalu merindukannya. Merindukan sinar hangatnya yang bisa membangunkan setiap inchi sel tubuh yang kedinginan. Kemudian apakah kau menyadari sinar jingga yang kau lewatkan pagi ini bahkan ribuan pagi yang lalu telah membuat suatu keajaiban langit yang terlewatkan oleh lelapmu? Tidak. Kau bahkan lebih memilih melanjutkan tidurmu daripada melihat sinar jingganya. Lalu tanyakan pada rumput hijau pagi ini. Apakah ia masih menyimpan tetesan embun pagi? Iya. Namun kau sudah melewatkan waktu terlalu lama.
Sang surya sudah merangkak perlahan, menarik kembali sinar jingganya yang indah, rumput hijau sudah melepaskan tetesan embunnya yang menguap karena sinar sang surya. Dan sekarang kau ingin melihat mereka semua dan bertanya dimanakah mereka? Lalu kau berkesal hati dan menyalahkan semua.
Bangunlah sedikit pagi esok hari, katakan pada diri “aku ingin melihat keajaiban pagi”. Tentu. Kau akan melihatnya dengan mata sendiri. Hanya jika tetesan hujan tidak turun pada pagi hari yang membuat jingga tertutup awan mendung.
Sang surya sudah merangkak perlahan, menarik kembali sinar jingganya yang indah, rumput hijau sudah melepaskan tetesan embunnya yang menguap karena sinar sang surya. Dan sekarang kau ingin melihat mereka semua dan bertanya dimanakah mereka? Lalu kau berkesal hati dan menyalahkan semua.
Bangunlah sedikit pagi esok hari, katakan pada diri “aku ingin melihat keajaiban pagi”. Tentu. Kau akan melihatnya dengan mata sendiri. Hanya jika tetesan hujan tidak turun pada pagi hari yang membuat jingga tertutup awan mendung.
Walked in the rain
I woke up in the midnight
I saw my watch
Time shown I’m late attend work
I opened the window
The wind blew so fast
I grab my uniform, put shoes and take a step
Then night sky rumbled
A thousand raindrop
I took my yellow raincoat
And it’s rainy already
So, I just walked in the rain
With a thousand raindrops me
It’s cold and I’m alone in this road
Night sky keep silent
Thunder keep rumbled
I keep take step in the rain
And no one care.
I saw my watch
Time shown I’m late attend work
I opened the window
The wind blew so fast
I grab my uniform, put shoes and take a step
Then night sky rumbled
A thousand raindrop
I took my yellow raincoat
And it’s rainy already
So, I just walked in the rain
With a thousand raindrops me
It’s cold and I’m alone in this road
Night sky keep silent
Thunder keep rumbled
I keep take step in the rain
And no one care.
Besok kita jumpa (lagi)
Pernahkah kau duduk di suatu siang dan memandang langit biru di angkasa? Pernahkah kau berlari sambil menatap ke depan memandang birunya langit yang memayungi langkah-langkahmu? Atau pernahkah kau di suatu waktu berdiri dan tersenyum manis memandang garis-garis awan yang bergumpal membentuk suatu pola di angkasa? Kemudian kau berkata kepadanya; “hai langit hari ini kau tampak cerah sekali, sepertinya kau tak mengisyaratkan hujan kepada awan yang beterbangan”.
Senang menatapmu kembali, merasakan hangatnya mentari yang bersinar malu-malu. Tujuh hari, satu minggu, kau bersembunyi dibalik awan. Dan pakaianku di jemuran belum kering. Tapi hari ini bersama langit biru dan awan putih akhirnya kau memberanikan diri untuk menyinari bumi kami.
Hari ini aku masih berdiri dibawah kaki langit yang biru, memandang penuh pada gumpalan awan yang menari, merasakan hembusan angin yang meniup-niup wajahku. Kutatap sekali lagi langit biru itu, ia diam, tak bergeming sedikit pun. Ia bahkan tak peduli lagi, karena mungkin besok kita jumpa lagi.
Senang menatapmu kembali, merasakan hangatnya mentari yang bersinar malu-malu. Tujuh hari, satu minggu, kau bersembunyi dibalik awan. Dan pakaianku di jemuran belum kering. Tapi hari ini bersama langit biru dan awan putih akhirnya kau memberanikan diri untuk menyinari bumi kami.
Hari ini aku masih berdiri dibawah kaki langit yang biru, memandang penuh pada gumpalan awan yang menari, merasakan hembusan angin yang meniup-niup wajahku. Kutatap sekali lagi langit biru itu, ia diam, tak bergeming sedikit pun. Ia bahkan tak peduli lagi, karena mungkin besok kita jumpa lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)