Balonku ada 5
Another day, another trouble
16th Month
"Makna Sumpah Pemuda"
Pagi tadi saya terbangun tepat pukul 6:30 am lantas mata saya terbelalak karena sadar hampir melewatkan sholat shubuh. Oh tidak, entah berapa kali saya bangun kesiangan seperti ini. Dan pagi pun kumulai dengan menarik selimut lagi. Mata akhirnya tak dapat lagi terpejam pada pukul 10:00. Pada stasiun televisi swasta memberitakan secara langsung berita tentang hari Sumpah Pemuda, kuingat-ingat lagi, ya tepat sekali tanggal 28 Oktober.
84 tahun yang lalu, telah lahir sebuah gagasan besar yang seharusnya telah membentuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik saat ini. Saat itu, sebuah pertemuan yang dinamakan Kongres Pemuda II digelar. Peristiwa lahirnya sumpah pemuda ini menjadi titik awal bagi para pemuda Indonesia untuk senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal antar bangsa, bahasa Indonesia.
Berikut bunyi asli naskah Sumpah Pemuda:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Belajar dari catatan sejarah itulah, harusnya kita para generasi muda Indonesia mengambil waktu sejenak untuk merenungkan hakikat sebenarnya sumpah pemuda. Meski keadaan yang kita alami saat ini amatlah bertolak belakang terhadap sumpah yang diucapkan dahulu. Namun, kita masih punya banyak waktu untuk memperbaikinya.
Kadang, saya tak habis pikir betapa banyak pemuda yang seharusnya menghabiskan banyak waktu di sekolah untuk belajar, malah minggat dari sekolah, melakukan perkelahian antar sekolah, tawuran, mabuk-mabukan dan hal-hal keji yang tak patut dikerjakan. “Duhai, siapa lagi yang akan membangun tanah air ini menjadi negeri yang besar bila para generasi pemudanya seperti ini?”
Lihatlah saat ini, bahasa Indonesia yang harusnya menjadi bahasa pemersatu bangsa seolah hilang ditelan putaran waktu. Bahkan tulisan dan bahasa aneh yang keluar saat ini beraneka ragam? “Ciyus miapah?”, apa itu? bahasa planet mana? Lantas bahasa yang seperti itu seolah menjadi trend di kalangan anak muda sekarang.
Ada lagi yang lebih parah, orang bilang “bahasa alay” namanya. Jadi, gaya tulisannya dicampur adukkan dengan angka. Seperti ini: “CuMp4h p3mO3d4” yang harusnya ditulis menjadi “Sumpah Pemoeda”. Seandainya Bung Karno masih hidup saat ini, mungkin beliau hanya geleng-geleng kepala saja. Tak habis pikir. Oh Tuhan, sampai kapan kita harus seperti ini? Lalu dimanakah semangat satu bangsa itu? Dimanakah semangat satu tanah air itu? Dimanakah semangat satu bahasa yang menjadi bukti nyata tanda persatuan itu?
Pada akhirnya marilah sejenak merenung dan mengingat kembali makna Sumpah Pemuda yang sebenarnya. Semoga dengan makna sumpah pemuda ini kita lebih mencintai tanah air dengan tetap terus berkarya dan meningkatkan rasa nasionalisme yang hampir pudar. Merdeka!
Peluncuran Perdana Novel Sang Koki Listrik
Judul : Sang Koki Listrik
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 261 Halaman
ISBN : 978-602-17042-0-2
Harga : 65.000 IDR
Sebuah novel yang bercerita banyak tentang kisah seorang pemuda (Marwan) yang memiliki banyak mimpi dan harus meninggalkan kampung halamannya untuk mengikuti pelatihan kerja di Cina bersama pemuda-pemuda lain dari berbagai daerah. Indonesian boys harus siap melangkahkan kaki mereka pada sebuah perubahan yang nyata.
Di negeri tirai bambu itulah semuanya bermula, kisah unik saat belajar di pembangkit listrik, menyusuri jalanan kota Beijing, bertemu orang asing hingga kisah unik saat mereka pertama kali melihat salju.
Perkenalan Marwan dengan seorang gadis (Saafia) yang dikenalnya melalui sosial media, facebook, berlanjut hingga pelatihan kerja itu selesai sampai akhirnya Marwan kembali ke tanah air.
Di tempat mereka yang baru, sebuah dapur listrik yang baru saja dibangun menanti untuk dimasak oleh para koki muda. Indonesian boys harus mengencangkan ikat pinggang, bekerja dengan gigih untuk memasak jutaan molekul listrik. Bagaimana kisah kelanjutan Marwan dan Indonesian boys di dapur listrik tersebut? Lantas bagaimana pula dengan Saafia, gadis Stroberrie yang dikenalnya? Temukan jawabannya di novel Sang Koki Listrik! ;)
Selamat membaca, selamat menikmati! :)
Hakikat sehat dan sakit
Yooohoooo..!! hallo semua, akhirnya hasrat menulis kesampaian juga. Lega rasanya. Jadi ceritanya begini, minggu lalu saya tak bisa melakukan banyak aktifitas seperti biasa, lupakan semua urusan tentang dapur listrik sejenak. Tubuh yang kurasa kuat dan sehat akhirnya jatuh juga ketika malaria menyapa.
Namanya sakit bisa menyerang kapan dan dimana saja, bahkan yang tadinya sehat-sehat saja besoknya sudah meriang. Ah begitulah hakikat sehat dan sakit. Atau barangkali saya yang kurang menjaga kesehatan, ya mungkin.
Namun, tahukah kau bahwa ada hal yang bisa kita petik dari peristiwa sakit itu sendiri? Tuhan sedang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri betapa mahalnya kesehatan, mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dimiliki tanpa meminta, mengajarkan kita bersabar dalam sakit sambil terus berusaha untuk sembuh. Bukankah Allah swt telah berfirman dalam Al-qur’an yang artinya “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” jadi, bersyukurlah atas apa yang telah Allah swt berikan pada kita baik dan buruknya semua memiliki hikmah yang dapat kita ambil. :)
Lalu saya memutuskan untuk berobat ke dokter. Alhasil, satu suntikan jarum menancap di bokong saya. Adoooh..sakitnya kayak digigit semut. Setelah itu, saya harus bedrest total di rumah, istirahat. Hari-hari dihabiskan untuk berbaring di tempat tidur, sungguh membosankan.
Dengan minum obat yang teratur dan istirahat yang cukup, Alhamdulillah kesehatan saya perlahan pulih. Sungguh, kesehatan itu amat berharga! Jadi, jagalah kesehatan sebelum sakit, dengan cara rajin olahraga, makan makanan yang halal dan bergizi, makan/tidur yang teratur. Well, setelah pulih akhirnya saya harus kembali lagi ke dapur listrik tercinta meninggalkan kota ke rumah. Kembali pada kesibukan dan hiruk pikuk dunia kerja. Let's rock! =D
Indahnya berbagi
Adalah hal yang menyenangkan bukan, berbagi kebahagiaan, tawa, canda bahkan duka dan kesedihan dengan orang-orang yang kita sayangi. Kita sudah banyak melupakan tentang satu hal ini, ya, berbagi.
Seiring berjalannya teknologi yang berkembang pesat, kehidupan yang semakin individualistis membuat kita memilih berjalan sendiri-sendiri. Tak lagi berjalan seiring atau bahkan bergandeng tangan. Hati kita sudah terkontaminasi oleh pikiran-pikiran yang semakin membuat kita melupakan apa itu indahnya berbagi. Tak heran jika jaman sekarang orang-orang lebih mementingkan kepentingannya sendiri, lebih mementingkan urusan perut sendiri. Sibuk sikut kanan-kiri untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tak tahu mana yang hak dan yang bukan. Asal itu yang diinginkan, harus bisa didapatkan bagaimanapun caranya.
Saya rindu dengan cerita-cerita orang tua dahulu. Ketika orang kaya selalu mengulurkan bantunan menolong si miskin, yang muda selalu menghormati yang tua, yang alim selalu membimbing yang awam. Hal yang sangat saya ingin saksikan dengan mata kepala saya saat ini, saya yakin hal itu masih terjadi saat ini, entah di belahan bumi mana. Hanya saja, saat ini sangat sulit untuk menemukan kejadian seperti yang selalu diceritakan orang kita dahulu.
Berbagi adalah hal yang indah, bahkan hanya dengan berbagi senyum ramah pada orang-orang di sekitar kita itu sudah sangat melegakan suasana. Berbagi tempat duduk, berbagi makanan, berbagi cerita dan masih banyak hal lain yang bisa kita bagi. :)
Sejatinya, berbagi tak akan membuat kita kekurangan. Beban yang dibagi akan terasa lebih ringan, sementara kebahagiaan yang dibagi menjadi berlipat ganda. Dengan berbagi, kita selalu tahu bahwa kita tidak sendiri. Kawan, sesama kita adalah ladang kasih dan kebahagiaan. Apa yang kau bagi dengan ikhlas adalah bibit kebaikan yang kau tebar. Mereka berjanji untuk tumbuh menjadi pohon kebaikan yang akan kembali padamu dalam bentuk yang tak kau duga. Mari berbagi! :)
"Menulis, menulis dan menulis"
Hampir 2 tahun lebih saya menggemari hobi yang satu ini, ya, menulis. Adalah hal yang menyenangkan sekali saat menuliskan kata demi kata lalu menjadi kalimat yang berurutan, berpadu satu sama lain lalu menjadi paragraf-paragraf yang utuh. Bahkan proyek novel saya pun hampir selesai. Tak terasa hobi menulis yang satu ini menjadi sangat menyenangkan ketika ditekuni.
Nge-blog itu mengasyikkan dibanding saat membuat status lalu dicoment atau sekedar menunggu jempolnya saja. Atau membuat status lalu di-RT berulang-ulang, atau saling mention. Buat bangga-banggaan dan seru-seruan. Tak seperti halnya pada blog, kita lebih bebas berekspresi dengan berbagai macam gaya dan tulisan. Entah apakah nanti ada yang coment atau tidak, ada yang suka atau tidak, pun tanpa pujian dan sebagainya.
Saya tak peduli apakah nanti tulisan saya dikomen atau tidak, yang penting hobi yang satu dapat tersalurkan. Tak peduli orang mau bilang apa; tulisannya susah dimengerti, gak ada yang seru, nge-blog harus lihat segmen pasar, harus pinter ngocol-lah dan sebagainya. But not for me!
Nge-blog itu lebih kepada cara membagikan pengalaman, berbagi pemahaman dan pemikiran. Jadi nge-blog itu bukan untuk cari nilai rating, dan bukan pula untuk sekedar ngocol, ngocol, dan ngocol. Bagiku nge-blog adalah berbagi. Ketika seorang blogger berbagi lewat tulisannya maka ia menyenangkan orang lain. Well, jika kau ingin menulis di-blog, maka menulislah. Tak usah berpikir apakah nanti tulisanmu jelek, tak diminati atau pun diejek, ya cuek saja! Toh kita tidak menyusahkan mereka bukan?
Jadi, tak usah harus bingung, terlalu lama berpikir untuk menulis. Kalaupun kau tak suka menulis di-blog, setidaknya menulislah di diary atau hal semacamnya. Cukup tuliskan saja. Siapa tahu nanti tulisanmu akan menginspirasi banyak orang lain. Siapa tahu di belahan bumi sana tulisan di-blog mu menjadi teman setia mereka yang jauh dari rumah, ya siapa tahu?
Menulis itu tak perlu banyak biaya, niatkan saja dalam hati untuk menulis. Ayo, tunggu apalagi. Mari menulis, menulis dan menulis. Keep writing. Happy writing! ;)