Pages

Semoga Tuhan tak marah

Sejatinya, aku selalu menyambut hari jum’at dengan hati riang gembira. Jum’at selalu lebih cerah dari hari lain, tak tahu mengapa. Mungkin hari itu adalah hari istimewa dibanding hari lainnya.

Hatiku senang, riang, gembira manakala menatap matahari yang baru hendak terbit di hari jum’at.

Kenapa? Karena hari itu aku akan mengenakan baju terbaik, mencukur kumis, memotong kuku dan menyemprotkan wewangian. Tentu saja untuk memenuhi panggilan Sang Pencipta, menunaikan ibadah sebagai seorang muslim yang baik.

Tapi, kesibukan bekerja membuatku lupa, lalai memenuhi panggilanNya. Aku mengutuk diri, seharusnya tidak begini. Panggilan ibadah selalu lebih penting dari puluhan operasi di dapur listrik. Panggilan ibadah harusnya lebih menjadi panggilan darurat yang harus segera dikerjakan di awal waktu. Sungguh terlalu!

Aku menjerit, aku terjepit pada sebuah kenyataan yang harusnya tak boleh terjadi. Aku kesal, tanganku mengepal ingin melayangkan tinju pada dinding-dinding kesibukan. Hatiku goyah, manakala berdiri di sebuah arena dunia, dimana putaran waktu tak kenal ampun. Aku meronta, ingin segera melepaskan tali-tali kesibukan yang kian hari kian menarik diri jauh dariMu. Aku ingin berlari sekuat tenaga, kembali mendekat padaMu. Bercumbu denganMu di sepertiga malam yang sendu. Maafkan aku ya Tuhanku.

Tuhan, aku lelah melayani keramaian. Setiap hendak menujuMu aku selalu dikalahkan oleh waktu. Maafkan aku yang sibuk dan membikin asing diriMu. Maafkan aku yang lengah, terperangah pada entah. Maafkan aku yang penunda, mengabaikan segala tanda.

Tuhan, semoga Engkau tak marah.

0 comments:

Post a Comment