Malam Anugerah Pena Sumsel Gemilang 2012
Catatan akhir tahun
PUISI: Emak tercinta
Ketika lilin menyala
Muara Enim, 18122012
-Sang Koki Listrik
Tersengat listrik cinta
PUISI: Seonggok daging lemah
PUISI: Desember yang cengeng
Mencintai adalah melepaskan
PUISI: Hujan semalam
Semangat itu harus menyengat!
Pagi adalah awal
Aku (tak) ingin mencintaimu
PUISI: Lelaki Pejalan Kaki
PUISI: Langit dan Biru
Balonku ada 5
Another day, another trouble
16th Month
"Makna Sumpah Pemuda"
Pagi tadi saya terbangun tepat pukul 6:30 am lantas mata saya terbelalak karena sadar hampir melewatkan sholat shubuh. Oh tidak, entah berapa kali saya bangun kesiangan seperti ini. Dan pagi pun kumulai dengan menarik selimut lagi. Mata akhirnya tak dapat lagi terpejam pada pukul 10:00. Pada stasiun televisi swasta memberitakan secara langsung berita tentang hari Sumpah Pemuda, kuingat-ingat lagi, ya tepat sekali tanggal 28 Oktober.
84 tahun yang lalu, telah lahir sebuah gagasan besar yang seharusnya telah membentuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik saat ini. Saat itu, sebuah pertemuan yang dinamakan Kongres Pemuda II digelar. Peristiwa lahirnya sumpah pemuda ini menjadi titik awal bagi para pemuda Indonesia untuk senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa, satu tanah air yang pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal antar bangsa, bahasa Indonesia.
Berikut bunyi asli naskah Sumpah Pemuda:
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Belajar dari catatan sejarah itulah, harusnya kita para generasi muda Indonesia mengambil waktu sejenak untuk merenungkan hakikat sebenarnya sumpah pemuda. Meski keadaan yang kita alami saat ini amatlah bertolak belakang terhadap sumpah yang diucapkan dahulu. Namun, kita masih punya banyak waktu untuk memperbaikinya.
Kadang, saya tak habis pikir betapa banyak pemuda yang seharusnya menghabiskan banyak waktu di sekolah untuk belajar, malah minggat dari sekolah, melakukan perkelahian antar sekolah, tawuran, mabuk-mabukan dan hal-hal keji yang tak patut dikerjakan. “Duhai, siapa lagi yang akan membangun tanah air ini menjadi negeri yang besar bila para generasi pemudanya seperti ini?”
Lihatlah saat ini, bahasa Indonesia yang harusnya menjadi bahasa pemersatu bangsa seolah hilang ditelan putaran waktu. Bahkan tulisan dan bahasa aneh yang keluar saat ini beraneka ragam? “Ciyus miapah?”, apa itu? bahasa planet mana? Lantas bahasa yang seperti itu seolah menjadi trend di kalangan anak muda sekarang.
Ada lagi yang lebih parah, orang bilang “bahasa alay” namanya. Jadi, gaya tulisannya dicampur adukkan dengan angka. Seperti ini: “CuMp4h p3mO3d4” yang harusnya ditulis menjadi “Sumpah Pemoeda”. Seandainya Bung Karno masih hidup saat ini, mungkin beliau hanya geleng-geleng kepala saja. Tak habis pikir. Oh Tuhan, sampai kapan kita harus seperti ini? Lalu dimanakah semangat satu bangsa itu? Dimanakah semangat satu tanah air itu? Dimanakah semangat satu bahasa yang menjadi bukti nyata tanda persatuan itu?
Pada akhirnya marilah sejenak merenung dan mengingat kembali makna Sumpah Pemuda yang sebenarnya. Semoga dengan makna sumpah pemuda ini kita lebih mencintai tanah air dengan tetap terus berkarya dan meningkatkan rasa nasionalisme yang hampir pudar. Merdeka!
Peluncuran Perdana Novel Sang Koki Listrik
Judul : Sang Koki Listrik
Ukuran : 13x19 cm
Tebal : 261 Halaman
ISBN : 978-602-17042-0-2
Harga : 65.000 IDR
Sebuah novel yang bercerita banyak tentang kisah seorang pemuda (Marwan) yang memiliki banyak mimpi dan harus meninggalkan kampung halamannya untuk mengikuti pelatihan kerja di Cina bersama pemuda-pemuda lain dari berbagai daerah. Indonesian boys harus siap melangkahkan kaki mereka pada sebuah perubahan yang nyata.
Di negeri tirai bambu itulah semuanya bermula, kisah unik saat belajar di pembangkit listrik, menyusuri jalanan kota Beijing, bertemu orang asing hingga kisah unik saat mereka pertama kali melihat salju.
Perkenalan Marwan dengan seorang gadis (Saafia) yang dikenalnya melalui sosial media, facebook, berlanjut hingga pelatihan kerja itu selesai sampai akhirnya Marwan kembali ke tanah air.
Di tempat mereka yang baru, sebuah dapur listrik yang baru saja dibangun menanti untuk dimasak oleh para koki muda. Indonesian boys harus mengencangkan ikat pinggang, bekerja dengan gigih untuk memasak jutaan molekul listrik. Bagaimana kisah kelanjutan Marwan dan Indonesian boys di dapur listrik tersebut? Lantas bagaimana pula dengan Saafia, gadis Stroberrie yang dikenalnya? Temukan jawabannya di novel Sang Koki Listrik! ;)
Selamat membaca, selamat menikmati! :)
Hakikat sehat dan sakit
Yooohoooo..!! hallo semua, akhirnya hasrat menulis kesampaian juga. Lega rasanya. Jadi ceritanya begini, minggu lalu saya tak bisa melakukan banyak aktifitas seperti biasa, lupakan semua urusan tentang dapur listrik sejenak. Tubuh yang kurasa kuat dan sehat akhirnya jatuh juga ketika malaria menyapa.
Namanya sakit bisa menyerang kapan dan dimana saja, bahkan yang tadinya sehat-sehat saja besoknya sudah meriang. Ah begitulah hakikat sehat dan sakit. Atau barangkali saya yang kurang menjaga kesehatan, ya mungkin.
Namun, tahukah kau bahwa ada hal yang bisa kita petik dari peristiwa sakit itu sendiri? Tuhan sedang mengajarkan kepada kita untuk mensyukuri betapa mahalnya kesehatan, mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dimiliki tanpa meminta, mengajarkan kita bersabar dalam sakit sambil terus berusaha untuk sembuh. Bukankah Allah swt telah berfirman dalam Al-qur’an yang artinya “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” jadi, bersyukurlah atas apa yang telah Allah swt berikan pada kita baik dan buruknya semua memiliki hikmah yang dapat kita ambil. :)
Lalu saya memutuskan untuk berobat ke dokter. Alhasil, satu suntikan jarum menancap di bokong saya. Adoooh..sakitnya kayak digigit semut. Setelah itu, saya harus bedrest total di rumah, istirahat. Hari-hari dihabiskan untuk berbaring di tempat tidur, sungguh membosankan.
Dengan minum obat yang teratur dan istirahat yang cukup, Alhamdulillah kesehatan saya perlahan pulih. Sungguh, kesehatan itu amat berharga! Jadi, jagalah kesehatan sebelum sakit, dengan cara rajin olahraga, makan makanan yang halal dan bergizi, makan/tidur yang teratur. Well, setelah pulih akhirnya saya harus kembali lagi ke dapur listrik tercinta meninggalkan kota ke rumah. Kembali pada kesibukan dan hiruk pikuk dunia kerja. Let's rock! =D
Indahnya berbagi
Adalah hal yang menyenangkan bukan, berbagi kebahagiaan, tawa, canda bahkan duka dan kesedihan dengan orang-orang yang kita sayangi. Kita sudah banyak melupakan tentang satu hal ini, ya, berbagi.
Seiring berjalannya teknologi yang berkembang pesat, kehidupan yang semakin individualistis membuat kita memilih berjalan sendiri-sendiri. Tak lagi berjalan seiring atau bahkan bergandeng tangan. Hati kita sudah terkontaminasi oleh pikiran-pikiran yang semakin membuat kita melupakan apa itu indahnya berbagi. Tak heran jika jaman sekarang orang-orang lebih mementingkan kepentingannya sendiri, lebih mementingkan urusan perut sendiri. Sibuk sikut kanan-kiri untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tak tahu mana yang hak dan yang bukan. Asal itu yang diinginkan, harus bisa didapatkan bagaimanapun caranya.
Saya rindu dengan cerita-cerita orang tua dahulu. Ketika orang kaya selalu mengulurkan bantunan menolong si miskin, yang muda selalu menghormati yang tua, yang alim selalu membimbing yang awam. Hal yang sangat saya ingin saksikan dengan mata kepala saya saat ini, saya yakin hal itu masih terjadi saat ini, entah di belahan bumi mana. Hanya saja, saat ini sangat sulit untuk menemukan kejadian seperti yang selalu diceritakan orang kita dahulu.
Berbagi adalah hal yang indah, bahkan hanya dengan berbagi senyum ramah pada orang-orang di sekitar kita itu sudah sangat melegakan suasana. Berbagi tempat duduk, berbagi makanan, berbagi cerita dan masih banyak hal lain yang bisa kita bagi. :)
Sejatinya, berbagi tak akan membuat kita kekurangan. Beban yang dibagi akan terasa lebih ringan, sementara kebahagiaan yang dibagi menjadi berlipat ganda. Dengan berbagi, kita selalu tahu bahwa kita tidak sendiri. Kawan, sesama kita adalah ladang kasih dan kebahagiaan. Apa yang kau bagi dengan ikhlas adalah bibit kebaikan yang kau tebar. Mereka berjanji untuk tumbuh menjadi pohon kebaikan yang akan kembali padamu dalam bentuk yang tak kau duga. Mari berbagi! :)
"Menulis, menulis dan menulis"
Hampir 2 tahun lebih saya menggemari hobi yang satu ini, ya, menulis. Adalah hal yang menyenangkan sekali saat menuliskan kata demi kata lalu menjadi kalimat yang berurutan, berpadu satu sama lain lalu menjadi paragraf-paragraf yang utuh. Bahkan proyek novel saya pun hampir selesai. Tak terasa hobi menulis yang satu ini menjadi sangat menyenangkan ketika ditekuni.
Nge-blog itu mengasyikkan dibanding saat membuat status lalu dicoment atau sekedar menunggu jempolnya saja. Atau membuat status lalu di-RT berulang-ulang, atau saling mention. Buat bangga-banggaan dan seru-seruan. Tak seperti halnya pada blog, kita lebih bebas berekspresi dengan berbagai macam gaya dan tulisan. Entah apakah nanti ada yang coment atau tidak, ada yang suka atau tidak, pun tanpa pujian dan sebagainya.
Saya tak peduli apakah nanti tulisan saya dikomen atau tidak, yang penting hobi yang satu dapat tersalurkan. Tak peduli orang mau bilang apa; tulisannya susah dimengerti, gak ada yang seru, nge-blog harus lihat segmen pasar, harus pinter ngocol-lah dan sebagainya. But not for me!
Nge-blog itu lebih kepada cara membagikan pengalaman, berbagi pemahaman dan pemikiran. Jadi nge-blog itu bukan untuk cari nilai rating, dan bukan pula untuk sekedar ngocol, ngocol, dan ngocol. Bagiku nge-blog adalah berbagi. Ketika seorang blogger berbagi lewat tulisannya maka ia menyenangkan orang lain. Well, jika kau ingin menulis di-blog, maka menulislah. Tak usah berpikir apakah nanti tulisanmu jelek, tak diminati atau pun diejek, ya cuek saja! Toh kita tidak menyusahkan mereka bukan?
Jadi, tak usah harus bingung, terlalu lama berpikir untuk menulis. Kalaupun kau tak suka menulis di-blog, setidaknya menulislah di diary atau hal semacamnya. Cukup tuliskan saja. Siapa tahu nanti tulisanmu akan menginspirasi banyak orang lain. Siapa tahu di belahan bumi sana tulisan di-blog mu menjadi teman setia mereka yang jauh dari rumah, ya siapa tahu?
Menulis itu tak perlu banyak biaya, niatkan saja dalam hati untuk menulis. Ayo, tunggu apalagi. Mari menulis, menulis dan menulis. Keep writing. Happy writing! ;)
Cerita Hujan #3
Bukankah awan sudah berjanji pada langit untuk setia mewarnai hari-hari biru?
Bukankah angin sudah bicara dalam hembusannya untuk membawa kabar gembira?
Namun kini lihatlah, awan pergi tak kembali
Angin menghembusnya jauh-jauh
Mendung tak pernah lagi singgah menemani biru langit
Sang mentari terus memanggang bumi
Gersang sudah tanah pak tani, keringlah pula sumur di ladang
Doa-doa terbang meninggi seiring dedauan yang jatuh ke bumi
Berharap hujan datang kembali
September tinggal beberapa hari
Penantian ini cepatlah berakhir
Kemarau, jangan terlalu lama kau menghampiri
Biarkanlah tanah kami tertawa buncah dengan rinai hujan
Beriak-riak, jumpalitan sana-sini
Berlari-larian dibawah jutaan anak hujan
Kemarau, sampaikan pada hujan
Cepatlah datang, kami amat merindukannya.
"Mereka adalah Pahlawan"
Suatu ketika di sebuah SD yang berada di kota kecil, ketika sinar mentari bersinar terik dan langit biru memayungi langit sekolah itu. Lonceng berbunyi, pertanda berakhirlah sudah pelajaran hari ini. Murid-murid dari kelas sebelah berlarian keluar kelas, wajah-wajah ceria karena pulang sekolah terbias cerah.
Namun tidak untuk kelas yang satu ini, ketua kelas baru saja memberi komando untuk berdiri. “Semua siap, beri salam!”. Ucap Ketua Kelas.
Mereka berdiri, mengucap salam pada Bu Guru. Salam perpisahan sebelum mengakhiri pelajaran hari ini. Lantas mereka duduk kembali lagi di bangku masing-masing. Ruang kelas hening sesaat. Wajah Bu Guru menatap para muridnya lambat-lambat.
Para murid sudah tahu kalau Sang Guru tidak akan menyuruh para muridnya pulang sebelum duduk rapi di kursi. Wajah para murid menatap ke depan, tangan terlipat diatas meja dengan tas yang sudah disandang. Siap untuk pulang.
“Barisan tengah boleh pulang duluan”. Ucap Bu Guru
Serentak para murid yang duduk di barisan tengah mengambil buku dan tas mereka. Bersiap untuk pulang. “Kami pulang duluan ya!”. Ucap salah satu murid pada temannya yang duduk di barisan ujung sambil melambaikan tangan.
Wajah Bu Guru masih menatap dua barisan yang tersisa. Barisan kanan dan kiri. Matanya melirik kiri dan kanan. Setelah berpikir ulang. Lalu Guru tersebut memilih barisan kanan untuk pulang.
“Barisan kanan boleh pulang”. Ucap Bu Guru sambil menunjuk barisan tersebut.
Dan para murid yang duduk di barisan kanan pun gembira. “Horeee..kami giliran kedua yang pulang”. Ucap mereka pada barisan kiri yang tertinggal.
Kini tinggallah barisan kiri yang tersisa. Murid-murid sudah tak lagi duduk rapi. Barisan duduk mereka sudah tak lurus. Tangan yang seharusnya terlipat diatas meja kini sudah sibuk menata buku dan tas. Sepertinya mereka tak sabar menunggu untuk segera pulang, bahkan satu detik pun sudah terlalu lama.
Semua mata tertuju pada guru tersebut, murid-murid yang tadi sibuk sendiri kini kembali duduk rapi. Kali ini mereka duduk manis sekali. Pandangan penuh harap pada Sang Guru agar diperbolehkan pulang lebih cepat. Lalu guru itu berkata pada murid barisan kiri.
Ia berkata. “Sebetulnya tak ada yang barisan tidak rapi di kelas ini. Semua murid sudah duduk dengan rapi. Kalian tahu kenapa hari ini Bu Guru memilih kalian sebagai barisan terakhir yang pulang?”
Para murid tidak menjawab pertanyaan itu. mereka menggeleng kepala pertanda tidak tahu.
“Saat ini Bu Guru sedang mengajarkan kalian apa itu arti kesabaran. Sikap yang baru saja Ibu ajarkan hari ini. Sebuah sikap mulia untuk rela menghadapi rintangan dengan lapang hati, ikhlas menunggu keputusan Guru mana barisan yang boleh pulang duluan, tabah untuk menunggu hingga jam pulang sekolah tiba”. Ucapnya sambil tersenyum lebar.
“Baiklah, kalian pasti sudah lapar. Mari kita pulang”. Ucap guru itu mengakhiri.
Para murid tercengang mendengar apa yang baru saja Sang Guru ucapkan. Perasaan mereka antara senang karena diperbolehkan pulang dan tersadar karena mereka baru saja melupakan apa yang mereka pelajari hari ini.
Hari ini setelah pelajaran siang itu semoga masih banyak para Guru yang mendidik lewat sikap. Lewat tutur kata yang lembut nan penuh arti. Lewat keikhlasan mereka untuk mengabdi pada negeri, mendidik dan mencerdaskan anak bangsa dengan setulus hati.
Menjadi Guru adalah profesi yang paling mulia, semua pekerjaan yang ada di permukaan bumi tak pernah lepas dari sosok seorang guru. Guruku adalah pahlawanku, ingatlah selalu jasa Sang Guru dimanapun dan kapanpun kau berada. Ingatlah selalu jasa seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang menjadi pelita ketika terang telah tiada.
Saya berharap dengan adanya Gerakan Indonesia Berkibar kesadaran kita untuk terus maju dan belajar lebih dapat tercipta. Alangkah indahnya negeri ini bila para guru dan muridnya dapat menikmati proses belajar dengan nyaman, tanpa harus khawatir gedung sekolah bocor ketika hujan turun, papan tulis yang reyot atau kapur tulis yang habis, tanpa harus susah-susah menyalin catatan ketika buku pelajaran siap tersedia. Semoga semua yang kita harapkan terwujud dengan baik. Mari terus belajar!
Novel - Sang Koki Listrik
Sebuah naskah novel yang kutulis sejak awal tahun ini akhirnya selesai juga. Aku bisa tersenyum bangga, setidaknya usahaku tidak sia-sia. Naskah yang lama kuimpi-impikan akhirnya selesai sesuai harapan. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah berkenan menjawab doa hambanya. Terima kasih Tuhan.
Sungguh bukanlah hal yang mudah bagi saya sebagai Blogger untuk menyelesaikan sebuah novel perdana ini. Novel ini hanyalah secuil dari jutaan kisah di permukaan bumi. “Sang Koki Listrik” adalah salah satu kisah yang saya tuliskan. Terinspirasi dari sebuah Pembangkit Listrik ide penulisan novel ini muncul. Berawal dari itulah kemudian menjadi cerita yang saya bukukan lalu saya terbitkan.
Naskah selesai, begitupun dengan sampul novel. Sampul novel yang dibuat berdasarkan alur cerita ternyata hasilnya cukup baik. Terima kasih untuk Ko Welly Huang yang dengan senang hati membantu saya dalam pengerjaan sampul novel. Juga terima kasih untuk keluarga, sahabat, teman-teman dan rekan kerja atas dukungan serta motivasi untuk segera menyelesaikan novel ini.
Sore ini naskah “Novel Sang Koki Listrik” sudah saya upload di www.nulisbuku.com sebuah media self publishing untuk menerbitkan buku. Sungguh, nulisbuku.com membantu sekali.
Saya sudah tak sabar ingin segera melihat cetakan pertama novel saya. Setelah cetakan pertama itu terbit, saya harap novel saya segera bisa “Live” di nulisbuku.com dan semua orang bisa membaca kisah yang saya ceritakan. :) Semoga dengan pemahaman yang baik, kita bisa mengambil banyak kebaikan yang terdapat pada novel ini.
Ayo, tunggu apalagi? Ambil pena dan kertas, tuliskan kisahmu. Wujudkan mimpimu. Selamat menulis, selamat membaca! :)
No Electricity, Sir!
Apa yang kau rasakan, kesal, dongkol, sebal? Kau bertanya-tanya bagaimana mungkin di jaman sekarang listrik masih saja nyala dan padam tiba-tiba? Mungkin saja teman. Lantas muncullah bermacam dugaan, prasangka yang tak baik, menyalahkan ini-itu dan sebagainya. Namun, hei sadarlah! Mencari kambing hitam dalam setiap masalah bukanlah solusinya.
Listrik yang padam atau arus listrik yang tidak stabil bukan karena disengaja. Selalu ada alasan tertentu kenapa hal tersebut terjadi. Selalu berprasangka baiklah terhadap sesuatu. Kau tahu, bahkan sebuah Pembangkit Listrik yang besar sekalipun bisa mengalami PEMADAMAN TOTAL karena rusaknya suatu system. Dan itu adalah DUKA YANG DALAM bagi KOKI LISTRIK seperti saya.
Hari ini adalah tugas jaga malam. Usai pulang kerja, sarapan pagi dan mandi. Saya baringkan tubuh diatas kasur. Ketika matahari merangkak tinggi hingga menjelang siang. Saya terbangun, kurasa memang ada yang aneh. Ruangan yang mendadak panas, pendingin ruangan mati, lampu tidur juga padam.
Aku pun keluar dari kamar, kupandang Cooling tower yang berseberangan dengan kamar asrama. Sirkulasi air di Cooling tower semakin mengecil, gemuruh air yang jatuh tak lagi terdengar keras seperti biasanya, uap yang keluar dari Chimney tak ada lagi. Ya, kali ini DAPUR LISTRIK SEDANG TIDAK MEMASAK LISTRIK.
Aku sejenak berpikir. Jangankan pemadaman listrik yang biasa kita rasakan di perumahan, Pembangkit Listrik dengan berbagai macam system yang hebat pun masih mengalami kerusakan saat salah satu systemnya berhenti bekerja.
Kau tahu, ini adalah pemadaman listrik yang terhebat yang pernah kualami. Hampir 3 tahun ini aku bekerja di sebuah pembangkit belum pernah ada pemadaman listrik yang memakan waktu selama ini. Usut punya usut ternyata Dapur kami mengalami gangguan pada system jaringan, bukanlah Sang Koki Listrik bila tak bisa mengatasi masalah dengan segera.
Setelah mendapat aliran listrik bantuan dari Pembangkit terdekat. Dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk memulihkan aliran listrik yang terputus. Dan akhirnya aliran listrik untuk asrama, kantor menyala kembali. Namun masih butuh waktu yang lama untuk memulihkan semua system.
Aku tak akan menghitung berapa banyak kerugian yang harus ditanggung bagi Dapur Listrik kami karena kerusakan ini. Karena yang paling penting saat ini adalah segera memulihkan system. Tak bisa dibayangkan bukan, berapa banyak rakyat yang kecewa nantinya karena pemadaman yang panjang ini? Lantas segelap apakah malam nanti, kala malam menyelimuti sedangkan listrik pada lampu tak bisa menerangi?
"Selamat Pagi"
Kita semua suka menatap bulan dan bintang, bukan? Menyadari, hei, apa yang akan kita lihat di langit malam kalau tidak ada dua benda ini?
Kita juga suka menatap lautan, bukan? Mengangguk takjim, teringat petuah lama, lihatlah lautan terbentang luas, lemparkan sekantong tinta hitam, maka dengan lapangnya lautan, tinta hitam itu tidak terasa. Berbeda sekali dengan hati kita, yang setetes kesedihan saja, sudah membuat gelap seluruh hati.
Kita semua suka menatap sungai, bukan? Menggaruk kepala, berpikir, jika kita meletakkan sebuah perahu plastik yg kokoh, berapa ribu kilometer dia akan berpetualang mengelilingi dunia? melihat banyak hal, bertemu banyak hal? Lantas, apakah kita tidak tergerak juga untuk pergi melihat dunia?
Kita juga suka menatap pegunungan, kabut menyelimuti hutan? Sambil merapatkan jaket, berpikir, lihatlah, pasak-pasak bumi sedang bekerja. Tanpa pegunungan, kulit bumi hanya lempeng yg terus berputar tidak terkendali.
Kita semua suka melihat hal tersebut, bukan? Maka terimakasih Tuhan atas segala hal menakjubkan yg telah Engkau ciptakan. Termasuk menatap pagi ini. Cahaya matahari pertama membasuh bumi, gemerlap dipantulkan kaca kendaraan, gedung, atau oleh embun di rerumputan. Wajah-wajah semangat melintas, memulai aktivitas. Terima kasih, Tuhan.
Written by : Darwis Tere Liye
Source : http://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/selamat-pagi/433489406701633
Berenang selalu menyenangkan
Apalagi saat deburan air menyeruak di permukaan air, melompat dari atas..ciaat..ciaat.. :D menyatu dengan air, membentangkan tangan dalam air, menghentak kaki ke belakang, berpacu untuk sampai ke seberang kolam. Ah, menyenangkan sekali.
Kemarin Saya, Irsan, Dian dan Teguh mencoba berenang di tempat yang baru, Caroline Island, namanya. Tempatnya 20km dari kota Prabumulih. Disana ada perosotan air yang lumayan tinggi, seru sekali. Meluncur dari atas berseluncur diatas perosotan air lalu terjun ke dasar kolam.
Dan saat sore tiba, saya sadar kalau kulit kami belang macam kulit zebra -_-“ , namun tak apa, capek karena bahagia itu lebih berarti dibanding capek hati. Ah, apalah namanya ini. Yang pasti, saat kau sedang mengalami stress bekerja atau mungkin hilang ide dan inspirasi, maka berenanglah. Menyatulah dengan air, melayanglah di dalamnya, karena setidaknya air bisa membasahi hari-harimu yang kering, menyejukkan hati yang sepi. Selamat berenang! ;)
Keep focus and learn more!
Well, don’t ask me about question which related water system or ash. I’m sure I forgot 60%. So, what’s wrong? :D nothing wrong, it’s natural! Last 2 years I’m working in Fuel System, I just keep focus on it and day by day water and ash system materials forgetting by time.
This evening, I just drew a few drawings and try to remember many equipments on site while imagine the flow, pipe and other equipments such as Clarifier, Activated carbon filter, tanks, cation anion exchanger, wow many things! Pumps, valves, name tagging, I think I need time to do more exercises, review on site and do practice.
I’m happy whenever I can conquered many challenges, feeling to be braver than before. The time is coming, get prepare. When you have a good preparation, you can work well, not only in fuel system but also you can work in water or ash system. Jiayou!